Lihat ke Halaman Asli

Blasius Mengkaka

TERVERIFIKASI

Guru.

Makna Nama pada Manusia Menurut Plato

Diperbarui: 10 Agustus 2020   01:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Naskah tua Kratylos. (Foto: Youtube).

Tema-tema tua karya Plato dan Aristoteles telah banyak diulas secara tuntas oleh Wikipedia bahasa Jerman, Inggris, Italia dan Yunani. Dalam hal ini betapa pentingnya menguasai bahasa asing. 

Salah satu karya tulis Plato yang kurang lengkap dibahas oleh Wikipedia bahasa Indonesia adalah Kratylos. Kratylos adalah salah satu karya tulis Plato yang paling sulit. Tetapi Kratylos telah menjadi rujukan bagi teori-teori tentang tata bahasa Eropa modern.

Kratylos Sebagai Perintis Teori Bahasa Modern

Dalam bukunya Kratylos, Plato menyebut gurunya Sokrates sebagai filsuf pencetus pemberian nama pada diri setiap manusia dan benda. 

Menurut Plato, nama memiliki arti penting karena makna yang terkandung di dalamnya. Bagi Plato, makna sebuah nama pada manusia adalah pengetahuan yang dapat diandalkan.

Plato menjelaskan arti penting sebuah nama pada manusia dan benda ide dalam karyanya berjudul Kratylos. Buku Kratylos dianggap sebagai salah satu karya Plato yang paling sulit. 

Sejumlah penelitian mengakui pentingnya buku Kratylos sebagai perintis filsafat bahasa Eropa. Pelbagai pertimbangan dalam dialog Kratlyos mengarah pada teori bahasa modern. Buku Kratylos berisi percakapan atau dialog antara Kratylos, Hermogenes dan Sokrates.

Kratylos Mendalami Makna Sebutan (Nama dan Kata)

Kratlyos membahas sebutan yang benar dan membahas sebutan sebenarnya. Kratylos juga memeriksa pengertian etimologis dari masing-masing kata dengan menerangi maknanya. 

Makna kata memungkinkan kesimpulan diambil tentang sifat dari hal-hal. Kratylos yakin tentang kebenaran kata-kata (naturalisme semantik). Sementara Hermogenes mengasumsikan hipotesis tentang persetujuan kata yang berubah-ubah (konvensionalisme). Sokrates mengambil pandangan kritis pada kedua konsep.

Setelah memeriksa persyaratan teoretis dan banyak contoh, Sokrates menolak asumsi bahwa istilah dan hal-hal didasarkan pada konvensi acak memiliki posisi yang berlawanan. Sokrates mengatakan bahwa semua istilah secara objektif harus "benar". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline