Plato menjelaskan musik dan tarian dalam bukunya Nomoi. Nomoi dalam bahasa Yunani kuno adalah Νόμοι nomoi ['nɔmɔɪ̯], dalam bahasa Latin: Leges, dalam bahasa Indonesia: Hukum. Mengapa Plato memasukan pembahasan tentang musik dan tarian dalam buku tentang Nomoi (hukum)? Nomoi dalam pemikiran Plato adalah Konstitusi negara. Tentu karena tujuannya adalah demi membentuk Konstitusi yang secara permanen menjamin kondisi kehidupan yang paling menguntungkan bagi semua warga negara.
Bagi Plato, Nomoi harus mencegah ekses fatal. Keadilan dalam hukum harus memastikan harmoni dan keindahan. Sehingga orang harus melaksanakan hukum demi terciptanya harmoni dan keindahan dalam hidup bernegara.
Bagi Plato, harmoni dan keindahan adalah kebajikan-kebajikan yang dapat menimbulkan rasa senang, makmur dan bahagia. Sehingga tidak heran bahwa musik dan tarian menjadi bagian dari Konstitusi negara. Dalam mengejar kebajikan tidak tergantung pada kebijaksanaan individu, tetapi dipandang sebagai tugas kolektif. Karena itu negara mengintervensi secara mendalam setiap kehidupan pribadi. Bagi Plato, aspek penting dari hukum adalah keharmonisan antara manusia dan para dewa, karena itu semua organisme sosial yang tertata secara harmonis harus tertanam dalam harmoni kosmos yang komprehensif.
Dalam model konservatif dan berorientasi pada stabilitas dan harmoni ini. Tingkat otoritas tertinggi di negara adalah hukum. Sistem kontrol dan hukuman terhadap warga negara yang rumit harus memastikan kepatuhan yang ketat terhadap peraturan.
Di zaman modern, dialog tentang hukum menurut Plato semakin memiliki gema yang ambigu. Hampir semua kritik modern diarahkan terhadap hukum terutama terhadap fitur hukum yang "otoriter". Negara mendapatkan mandat untuk mendidik warga negara secara moral, banyak kali negara harus menegakkan hukum dengan cara memaksa dan kekerasan.
Oleh karena Plato banyak berurusan dengan pendidikan di lembaga Akademia, maka pandangan Plato tentang musik dan tarian disoroti dalam kaitannya dengan pendidikan. Menurut Plato, pada awal pendidikan, anak-anak harus menerima penjelasan untuk memahami pendidikan tarian dan musikal.
Pengalaman anak-anak terhadap kesenangan dan rasa sakit adalah modal awal yang sangat bagus dalam pendidikan. Kesenangan dan rasa sakit adalah kesan pertama yang diterima anak-anak kecil. Anak-anak akan tampak senang saat bermain-main dengan permainannya, tetapi anak-anak akan menangis apabila mereka disakiti atau kebutuhannya tidak terpenuhi.
Dua faktor (kesenangan dan kesakitan) yang dialami anak-anak dapat membuat mereka menemukan kualitas moral untuk pertama kalinya: kebaikan (kebajikan) dan kejahatan. Jika anak-anak merasa senang, mereka merasa bahwa ada kebajikan dan kebaikan. Kebaikan dan kebajikan membuat mereka merasa senang dan gembira.
Anak-anak akan menerima hal-hal atau pelbagai tindakan yang menyebabkan mereka merasa senang, bahagia dan gembira. Tetapi jika mereka merasa sakit akibat benturan atau kebutuhannya tidak terpenuhi, mereka akan mengatakan bahwa penyebab kesakitan dan penderitaan adalah kejahatan. Sehingga hal-hal yang menyebabkan kesakitan harus dibenci, ditolak dan dihindari. Dengan merasakan demikian anak-anak dapat menumbuhkan sikap menyukai kebajikan dan membenci kejahatan.
Kesenangan dan sesakitan adalah awal mula yang baik untuk munculnya pendidikan yang berhasil. Keberhasilan dalam pendidikan adalah bahwa pendidikan berhasil menumbuhkan kesadaran pada anak-anak bahwa kesenangan dan kesakitan terkait dengan kondisi etika sebelum berkembangnya akal. Senang dan sakit adalah membuat kecenderungan berkembang pada anak-anak sebagaimana mestinya.
Dengan demikian, yang baik harus selalu dicintai, yang buruk harus dibenci. Jika perasaan selaras dengan benar dari awal, kemudian, ketika alasan masuk, kecenderungan tidak akan dikoreksi oleh wawasan, tetapi akan dikonfirmasi. Kemakmuran dan kesenangan adalah hal-hal kebajikan sehingga untuk meningkatkan kemakmuran dan kesenangan, maka negara harus meningkatkan hal-hal atau kebijakan yang memberi warga negara senang, makmur, bahagia dan tentram.