Dalam interaksi di kelas, guru adalah pengajar, tetapi sesungguhnya itu hanya tindakan sekunder. Tindakan primernya ialah bahwa guru adalah pembelajar. Jadi secara primer, murid dan guru adalah sama-sama sebagai pembelajar. Paradigma guru adalah pembelajar harus ada dalam diri guru. Tidak ada pilihan lain, bahwa kelompok besar guru harus belajar.
Dengan predikat sebagai pembelajar, banyak hal positif dan resiko kecil mungkin bisa saja terjadi. Dengan tindakan primer guru dan siswa sebagai pembelajar, maka metode yang paling tepat di kelas adalah metode growth conversation. Metode growth conversation ialah metode untuk memupuk kehidupan anak agar sendiri menemukan solusi untuk mengolah hidupnya sendiri.
Metode itu terdiri beberapa bagian besar yakni: refleksi diri, penemuan realita hidup, pilihan-pilihan hidup telah dan akan, tindakan nyata menghadapi realita hidup, strategi mencapai tujuan dan upaya untuk menjaga keadaan sebab menjaga itu lebih sulit dari merebut.
Metode growth conversation perlu dilanjutkan dengan metode wawancara. Intinya para siswa menemukan solusi atas segala permasalahannya untuk memurnikan semangat belajar dan mengatasi penurunan prestasi dan daya juang diri sendiri.
Dalam situasi Pandemi Covid-19 global dengan kondisi internet yang maju sekarang, metode pembelajaran bisa dilakukan melalui internet di rumah saja. Kebutuhan yang paling penting ialah kemampuan komunikasi dan bekerja sama, daya kritis dan kemampuan mencipta. Daya cipta harus dibangun dari refleksi diri sehingga memiliki kekhasan yang asli. Daya refleksi diri adalah salah satu hak asasi manusia menyangkut kebebasan yang asli dan menuntunnya menuju masa depan. (*).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H