Rencana baru Kemendikbud di bawah Menteri Nadiem Makarim sepertinya kurang adil di pihak guru sebab dalam rencana tersebut Kemendikbud melupakan paket merdeka mengajar.
Kemendikbud akan memberlakukan merdeka belajar, tentu agak dirasa kurang adil bagi para guru, khususnya guru bahasa Jerman. Sebab dalam rencana program itu kemendikbud tidak menyebut paket merdeka mengajar. Padahal para guru selama ini memiliki beban mengajar yang sangat tinggi dan sepertinya terbelenggu dengan beban mengajar.
Jumlah jam mengajar wajib ialah 24 jam, masih ada tambahan kewajiban menyusun perangkat mengajar seperti RPP, silabus, prota, prosem, masih ada PTK, berbagai ujian seperti ulangan umum, ujian midsemester, semester, tugas tambahan sekolah (wali kelas, kepala unit, wakepsek), dll.
Masalah Mapel Bahasa Jerman
Banyak Mapel di sekolah sudah tidak lagi diakomodir dalam daftar Mapel di sekolah, salah satunya ialah Mapel bahasa Jerman. Terhadap hal ini Kemendikbud harus membuka peluang merdeka mengajar, agar terbit keadilan bagi para guru yang tidak ada lagi Mapel asuhannya di sekolah-sekolah untuk mengajar Mapel lainnya.
Mapel bahasa Jerman bagi sekolah-sekolah tertentu mungkin masih menempati posisi cukup strategis dan cukup diminati. Tetapi jika tahun 2021 berlaku AKM yakni uji nalar melalui literasi, Mapel Bahasa Jerman mungkin semakin kehilangan daya pikatnya. Daya tarik sebuah Mapel hanya dari cara sederhana, yaitu faktor siswa/i senang memilih ataukah kurang senang memilih.
Uji nalar melalui literasi ialah uji kemampuan membaca dan menulis. Selama ini Mapel bahasa Jerman memang hanya sedikit fokus pada kemampuan nalar seperti hanya fokus pada 50% pada lesen-verstehen (kemampuan membaca-memahami) dan 50% pada struktur-tata bahasa. Tidak ada bagian schreiben untuk menguji kemampuan menulis, apalagi hoeren dan sprechen pada penyajian resminya. Boleh dikatakan materi uji Mapel bahasa Jerman masih belum maksimal pada uji kemampuan bernalar dan literasi.
Mungkin dana peningkatan kualitas mutu Bahasa Jerman di sekolah cukup minim disediakan oleh BOS. Berbeda dengan bahasa Inggris, bahasa Jerman tidak memiliki laboratorium yang modern dan memadai di setiap sekolah. Bahkan sekolah ketiadaan buku-buku pelajaran bahasa Jerman yang bermutu.
Meskipun demikian selama ini Mapel bahasa Jerman masuk Ujian Nasional. Tetapi pengembangan pengetahuan bahasa Jerman sejauh ini tidak mendapatkan perhatian maksimal dari para pengelola sekolah dibadingkan dengan Mapel-Mapel lain di dalam Kurikulum 2013.
Padahal Mapel Bahasa Jerman hanya diberikan ketika siswa memasuki jenjang pendidikan SMA/MA/SMK. Itupun jika ada jurusan Bahasa. Banyak SMA/SMK menghentikan jurusan bahasa karena faktor biaya. Jurusan Bahasa di SMA/SMK butuh alokasi dana yang tidak sedikit dari sekolah (melalui BOS) pada setiap SMA/SMK.
Salah satu kendala yang dihadapi para guru bahasa Jerman ialah para guru harus memulai pengajaran dan pelatihan bahasa Jerman dari dasar sama sekali. Untuk mengubah siswa/i yang tidak tahu dan tidak kenal bahasa Jerman menjadi siswa/i yang fasih dan lancar untuk memiliki segala kemampuan atau kompetensi terhadap 4 tingkat kemampuan bahasa Jerman.
Tingkat imaginasi para siswa dan guru mungkin belum bagus. Selain kemampuan kognitif, bahasa jerman membutuhkan kemampuan imaginasi yang tinggi. Ini memang sulit didapatkan dan tidak sembarang dimiliki semua orang. Hanya satu dua manusia dianugerahi kecerdasan imaginatif.