Lihat ke Halaman Asli

Blasius Mengkaka

TERVERIFIKASI

Guru.

Kritik Atas Ceramah Lawas Ustadz Ba'asyir

Diperbarui: 23 Januari 2019   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ustad Baasyir saat melakukan salah satu ceramah (Foto: Youtube)

Ceramah lawas Ustadz radikal Abu Bakar Ba'asyir dalam tayangan Youtube pada Sabtu, 19 Januari 2019 menggambarkan seorang Ustadz Ba'asyr sesungguhnya. Ternyata pandangan beliau menunjukkan seorang Ustadz haluan kiri, seorang napiter. Dalam Youtube itu, Ustadz radikal ini menekankan syariat Islam 100% sebagai pedoman tertinggi yang mendesak  bagi semua kalangan Islam mulai dari pemimpin hingga rakyat.  

"....Dalam mengamalkan syariah, org beriman tdk boleh membuat persetujuan manusia, tdk dirundingkan dgn manusia. Syariat Allah, kami dengar, kami taati. Tidak perlu memperhatikan org lain, baik rakyat, terutama pemimpin negara. Syariat Islam hrs dilaksanakan dgn lapang dada. Tdk boleh ada pertimbangan dunia apalagi pertimbangan politik. Saudara2 para penguasa negara, anda punya tanggung jawab mengatur negara dgn syariat Islam 100%, tdk ada tawar-menawar. Pelaksanaan syariah Islam tdk boleh dirundingkan dgn manusia. Itulah batalnya ajaran demokrasi terlaknat, yg membawa org segala sesuatu hrs maunya rakyat. Itu sama dgn menyembah berhala, itu syirik besar itu.  Itu mengangkat rakyat menjadi  Tuhan. Org Islam hrs hindari ajaran sesat itu (demokrasi).." (Cuplikan beberapa penggalan dari isi ceramah lawas Ustadz Ba'asyir di Youtube, Sabtu, 19/01/2019)

Catatan Kritis

Ceramah lawas Ustadz Abu Bakar Ba'asyir itu menunjukkan bahwa Ba'asyir adalah seorang fideis haluan kiri dan napiter. Ia tidak mengakui keselamatan lain selain keselamatan dalam jalan Allah. Jadi Ustadz Ba'asyir ialah seorang sangat fanatik dengan kebenaran iman sampai menjadi ekstrem kiri. 

Pada ceramah itu Ustadz Ba'asyir sudah membuat pendasaran yang keliru. Ustadz Ba'asyir tidak percaya terhadap ajaran "partisipasi". Ajaran "partisipasi" mengajarkan bahwa manusia mengambil bagian dalam Tuhan Yang Maha Sempurna. 

Ustadz Ba'asyir tidak percaya terhadap adanya partisipasi manusia dalam hukum Allah. Manusia tidak boleh didengarkan dan hukum Allah semata-mata hukum Allah. Mengikuti manusia di dunia berarti manusia disesatkan dari jalan Allah. Pantas saja pemerintah membatalkan pembebasan sang Ustadz yang merupakan napiter tersebut.

Dalam tayangan itu juga, Ustadz Ba'asyir melakukan kesalahan dengan menyebut demokrasi  terlaknat dan sebagai berhala dengan demikian dia menyerukan agar menghindari demokrasi. Demokrasi dilihatnya sebagai jalan sesat. Padahal sistem demokrasi adalah sistem ketatanegaraan yang mengatur kehidupan rakyat menuju kebahagiaan.

Konsep ilmu-ilmu modern tekankan pada saling butuh dan dukung antara ilmu keagamaan (teologi) dan ilmu-ilmu sekular (scientis). Kerja sama yang harmonis antara ilmu iman dan science akan membuat manusia mencapai kebahagiaan di dunia dan di surga. 

Sumber: 

1.Sekilat Info, Ustadz Abu Bakar Ceramah di https://www.youtube.com/watch?v=Zq-4vN8DAbA (19/01/2019), diakses pada Rabu, 23/01/2019

2.Penjelasan Batalnya Pembebasan Abu Bakar Ba'asyir (Tribunnews, 23/01/2019), diakses pada Rabu, 23/01/2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline