Lihat ke Halaman Asli

Blasius Mengkaka

TERVERIFIKASI

Guru.

"Sooner or Later", Kampanye Politik Masuk Dalam Kebijakan Pemerintah Terhadap Bencana Alam

Diperbarui: 2 Oktober 2018   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo mengunjungi Perumnas Balaroa (Foto:Kompas.com)


Pada saat kampanye panas menyongsong Pemilu 2019, bencana alam mengerikan itu terjadi di Palu dan Donggala. Banyak kematian dan kehancuran terjadi di sana. Indonesia patut berduka. Rasa kemanusiaan sebagai sesama sebangsa menyentuh nurani anak-anak bangsa. Pemerintah pusat cepat tanggap dalam hitungan menit ke menit. Padahal saat itu, Presiden Joko Widodo sedang mengisi masa cuti kampanye. Dalam keadaan darurat, Jokowi bertugas lagi, demi tugas negara yang amat penting itu.

Tanggapan yang cepat mungkin terlepas dari maksud kampanye. Namun sepak terjang Jokowi tetap membuat banyak warga melihat dengan jelas. Jokowi tampak jelas amat bersatu dengan para warga yang menderita akibat tertimpah bencana, luar biasa.

Presiden Jokowi tahu juga bahwa para korban bencana di Palu, Sigi dan Donggala yang selamat menghadapi penderitaan lahir dan bathin. Setelah korban nyawa dan harta benda ludes, kini tak ada apa-apa yang bisa dimakan dan ditinggali, lumpuh semua.

Jalan terakhir adalah banyak orang mau melarikan diri atau mengungsi. Tidak ada sesuatu bisa dimakan. Bencana susulan terparah di Palu dan Donggala adalah bencana kelaparan dan kemiskinan.

Sementara itu, di saat pemerintah berkonsentrasi untuk memulihkan kembali bencana alam gempa dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala, Rupiah diberitakan semakin melemah. Seperti dirilis Kursdollar.net (02/10/2018), pada Selasa, 2/10/2018, nilai beli USD 1 adalah Rp 14.913 per USD 1, sedangkan nilai jual USD 1 adalah Rp 15.063.

Media-media asing menyoroti warga korban bencana di Sulteng terhadap bencana alam di daerahnya sungguh memprihatinkan. Di tengah pemerintah fokus membantu para korban dan memulihkan daerah bencana, gejolak warga terjadi dengan amat memprihatinkan.

Penjarahan terjadi di Palu akibat kelaparan (Foto: Reuters)


Seperti dirilis Guardian (02/08/2018), jumlah kematian resmi per 2/10/2018 atau hari ini adalah 1.234 orang tewas dan akan meningkat tajam hari-hari berikutnya. Bencana itu telah mengakibatkan sebanyak 50 ribu pengungsi dan lebih dari 3000 orang berusaha untuk lari dengan pesawat militer dan beberapa pesawat komersial.

Di mana-mana, kemarahan dan keputusasaan tumbuh di sebagian penduduk Sulawesi karena penduduk menghadapi hari keempat tanpa makanan dan air minum setelah pulau di Indonesia itu hancur oleh gempa bumi dan tsunami.

Media Guardian (02/10/2018) menulis bahwa sejak hari Senin, di kabupaten Ulujadi di Palu Barat, warga yang kekurangan makanan dan air memblokir jalan untuk mencegat truk yang membawa pasokan makanan. Pasukan polisi dilaporkan tidak dapat menahan orang banyak. Sama seperti juga di kabupaten Tawaeli di Palu Tengah, orang banyak berkumpul di pelabuhan untuk mencegat bantuan pemerintah yang tiba di kapal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline