Krau dikur merupakan salah satu alat musik tiup tua di Timor. Alat musik ini terbuat dari tanduk kerbau Timor murni. Alat musik tiup ini disimpan di rumah adat Timor dan hanya digunakan pada saat-saat tertentu di Timor. Oleh para seniman musik Timor, kerbau yang telah disembelih di rumah adat dipotong kepalanya lalu diambil kedua tanduknya hingga pangkal telinga kerbau. Tanduk kerbau itu dibersihkan dari buku-bulu dengan menggunakan pisau. Selain bulu-bulu, juga bagian dalam tandung dibersihkan sedemikian sehingga membentuk sebuah tabung. Pada ujung lubang kecil tanduk kerbau menjadi liang untuk meniup. Orang Timor meniup alat musik ini sehingga mengeluarkan bunyi keras agar bisa terdengar ke mana-mana. Pada awalnya bertujuannya untuk menghibur diri sendiri. Aktivitas meniup ini dalam bahasa tetum: hu krau dikur. Pesebaran alat musik tiup Krau Dikur umumnya merata di selruh pulau Timor.
Dalam perkembangannya bebunyian dari hasil tiup Krau dikur ini berfungsi untuk macam-macam tujuan. Biasanya untuk memanggil masyarakat Timor datang dan berkumpul di ruang pertemuan desa atau rumah salah satu pemimpin desa di Timor. Selain itu sebagai tanda perkabungan umum dalam masyarakat Timor. Setelah mendengar bunyi ini orang-orang Timor datang berkumpul di rumah perkabungan atau pertemuan. Pertanda masyarakat Timor datang menggali kubur untuk sesamanya yang meninggal dunia. Dahulu, biasanya orang katolik Timor meniup krau dikur pada saat hari raya jumat agung atau hari raya memperingati wafat Tuhan Yesus di setiap gereja paroki atau stasi. Tiupan krau dikur pada perayaan agama katolik ini bertujuan untuk tanda perkabungan rohani. Sekarang hanya ditiup pada kesempatan-kesempatan tertentu oleh seorang pria Timor dewasa yang memilikinya di rumah adat Timor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H