Lihat ke Halaman Asli

Blasius Mengkaka

TERVERIFIKASI

Guru.

Donald Tick, Sejarahwan dan Pencinta Budaya Timor-NTT

Diperbarui: 16 Januari 2017   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Donald Tick dengan pakaian adat keluarga bangsawan Timor-NTT (Foto:riaulingga.blogspot.com)

Boleh dikatakan kehidupan Donald Tick setiap hari ialah pada penelitian terhadap kerajaan-kerajaan tadisional nusantara. Hal ini tercermin dari aktivitasnya di beranda Facebook miliknya. Saban hari di rumahnya di Vlaardingen, Belanda, dia selalu melakukan pengkajian terhadap penelitian dan penemuan tokoh-tokoh sejarah, pewaris kerajaan-kerajaan di nusantara. Sebagai penggiat kerajaan-kerajaan nusantara, beliau sudah berapa kali ikut menjadi salah satu tokoh penyelenggara festival kerajaan-kerajaan Nusantara, atau musyawarah para raja nusantara. Dia mengumpulkan berbagai arsip-arsip berupa foto-foto tentang kehidupan para raja masa kolonialisme Portugis dan Belanda. Dia sangat paham benar sejarah para raja dalam setiap kerajaan-kerajaan di Hindia Belanda. Hal ini disebabkan dia memiliki sejumlah arsip mengenai sejarah kerajaan-kerajaan dengan tokoh-tokoh rajanya masing-masing. 

Yang menarik dari Donald Tick ialah dia amat menyukai budaya Timor-NTT. Dia suka berbusana Timor-NTT baik di rumahnya di Vlaardingen-Belanda, maupun ketika dia menghadiri musawarah para raja nasional dengan berpakaian adat Timor-NTT. Agaknya Donald Tick telah ditetapkan sebagai salah satu anggota rumah tangga dari kerajaan Kupang-NTT oleh raja Kupang dari dinasti Nisnoni. Untuk kepentingan kegiatannya, Donald Tick telah mengunjungi berbagai daerah di Indonesia. Dia mengumpulan banyak dokumen-dokumen penting kerajaan-kerajaan baik di Belanda maupun di Indonesia.

Tentang Mahkota Para Raja Masa Lalu

Dari Donald Tick-lah kita dapat mengetahui bahwa mahkota-mahkota kerajaaan di Indonesia sebagian besar bukan mahkota asli. Hanya ada 4 mahkota yang asli yakni mahkota dari 4 raja nusantara yakni yang paling pertama ialah mahkota milik Sultan Muhammad Sulaiman dari kerajaan Kutai Kartanegara, lalu ada mahkota Kesultanan Siak Indrapura Riau, mahkota milik raja Badung-Bali dan mahkota dari kerajaan Banten abad 18. Empat buah mahkota itu benar-benar mahkota raja-raja yang terbuat dari emas murni, yang saat ini tersimpan di museum nasional Indonesia. Sedangkan satu mahkota raja lainnya berasal dari salah satu kerajaan di bagian timur-Indonesia kemungkinan disimpan di Belanda. Juga terdapat 2 mahkota dari 2 raja nusantara masih disimpan di Museum of Fine Arts di Houston Texas, AS, yakni mahkota milik ratu dari kerajaan Singaraja-Bali dan mahkota emas kerajaan Kahuripan. 

Satu penutup kepala atau helm raja milik raja kerajaan Sikka ternyata bukan benar-benar mahkota asli, mahkota itu tampaknya ialah sebuah helm atau topi pelindung kepala raja yang terbuat dari sejenis logam, jadi bukan benar-benar tipikal sebuah mahkota raja, sebuah helm pelindung kepala raja yang terbuat dari sejenis logam bukan benar-benar asli mahkota raja.  Jadi di Museum Nasional Indonesia (Museum nasional Gajah Mada Jakarta) disimpan 4 buah mahkota raja yang benar-benar asli dan memenuhi syarat sebagai mahkota raja secara internasional dan terbuat dari emas murni. Dua mahkota raja asli lainnya disimpan di Museum of Fine Arts-Texas, AS, sedangkan satu mahkota raja asli lainnya kemungkinan masih disimpan di negeri Belanda.

Boleh dikatakan sumbangan pemikiran seorang Donald Tick cukup tinggi seputar pengetahuan tentang sejarah kerajaan-kerajaan di nusantara, tentang para pemangku dan raja-raja yang pernah berkuasa, tentang kontrak-kontra para raja dan tentang berbagai dokumen para raja. Itu semua dia ketahui melalui perjuangan dan perjalanan yang amat panjang. Kontak-kontaknya dengan para pewaris atau tokoh-tokoh yang mengetahui sumber informasi tentang raja-raja membuatnya amat mengenal baik sittuasi terakhir para keturunan raja. Donald Tick boleh dikatakan seorang sejarahwan kerajaan-kerajaan Nusantara dengan pergaulan yang luas di Belanda. Pengetahuannya yang luas dan mendalam amat membantu kita untuk memahami sejarah kepemimpinan masa lampau di nusantara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline