Lihat ke Halaman Asli

Blasius Mengkaka

TERVERIFIKASI

Guru.

Di Belu, NTT Saban Hari Orang Tak Lepas dari Ternak Sapi

Diperbarui: 5 Januari 2017   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sapi-sapi jantan gemuk siap dieskpor di Maukum-Belu-milik CV Timor Permai (Foto:Dokpri)

Hidup Belu, Timor Barat, NTT kita tak pernah luput dengan yang namanya ternak sapi. Maklumlah daerah Timor Barat sejak zaman dahulu merupakan pusatnya sapi di NTT. Dengan sendirinya Ayah, kakek-nenek bahkan leluhurku di Timor Barat punya sapi yang perlu diurus saban hari. Mereka selain bekerja sebagai petani juga sebagai gembala sapi dan kuda serta ternak-ternak lainnya.

Mengurusi ternak sapi, memang selalu seru. Saban hari orang perlu berurusan dengan rerumputan savana, sungai, dan kebun atau sawah. Pagi-pagi sapi-sapi dikeluarkan dari kandang ke padang rumput. Itulah sebabnya banyak keluarga ingin agar anak-anaknya berpendidikan cukup tamat SD agar lebih konsentrasi mengurusi ternak sapi.

Sapi-sapi itu perlu dikontrol agar tidak masuk ke kebun orang, siangnya sapi-sapi perlu diberi minuman dari sungai lalu sore gembala perlu mengggiring kembali ke kandang. Ini benar-benar capai dan sibuk. Dari antara keluargaku hingga kini, suami seorang adik dari mamaku memiliki sapi terbanyak. Saban hari dia selalu mengurusi ternak sapinya di hutan-hutan dan padang gembalaan. jarang dia berada di rumahnya. Dia hanya bertemu dengan keluarga waktu malam hari dengan keadaannya yang sudah capai dan lelah. Lantas mandi, makan dan istirihat. Ngomongnya sedikit namun tegas. Itulah keluargaku. Sering kali dia berurusan dengan serangan penyakit sapi. Suatu kali banyak sapi terserang penyakit dan mati. Sekitar 12 ekor sapi tewas. Namun masih bisa dikonsumsi, bahkan orang berebutan membeli dengan sistem hutang. Masih laris dan masih enak buat daging.

Sejak kecil di dapur kami pun terkadang penuh daging sapi, yah bila sapi-sapi orang tuaku terkena kecelakaan lalu patah atau terluka maka sapi-sapi itu perlu disembelih untuk jadi daging. Buntutnya kami makan daging sapi, sering dalam jumlah besar. Selain itu, bila ada pesta adat di rumah adat mama di Nurobo, maka akan ada begitu banyak daging sapi di dapur. Mamaku mengolahnya menjadi masakan yang neka dengan bumbu-bumbu. Maklumlah mamaku berpendidikan keterampilan masak-memasak.

Tahun lalu, seekor sapi beradik 1 milik mamaku pingsan karena kecapaian. Sapi itu tertidur di tengah sebuah sungai kecil karena capai dan lelah. Segera pamanku menelepon mama agar sapi itu diambil dari sungai. Mamaku menelepon saya untuk mengambil sapi itu dengan kendaraan. Waktu itu saya sedang mengajar di kelas. Saya menolak gunakan mobil karena saya pikir sapi itu bisa diambil dengan motor Hondaku saja karena medan menuju sungai tempat sapi itu rebah sulit dilalui kendaraan roda empat. Maka saya pun pergi dan menarik keluar sapi itu dan membawanya ke rumah. Tiba di rumah, penyembelih sapi telah siap dengan pisaunya. Dia menyembelih sapi itu yang ternyata masih segar dan sangat bagus dagingnya. Mama kemudian mengolahnya menjadi daging yang enak sekali.

Memang makan daging sapi itu enak namun bekerja memeliharanya itu cukup sulit, seperti memelihara bayi saja. Memang sapi bukanlah makhluk seperti manusia namun bagi orang Timor NTT, sapi sudah menjadi teman dan kawan hidup setiap hari. Sapi-sapi sudah seperti bagian dari kehidupan orang Timor-NTT seperti sejak zaman leluhurku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline