Lihat ke Halaman Asli

john brata

TERVERIFIKASI

.

Uji "KUUR" untuk Kendaraan Online?

Diperbarui: 18 November 2017   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (empat dari kanan), Minggu (5/11/2017) mengunjungi Unit Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Pulogadung. Kunjungan ini untuk melihat proses uji kelaikan atau KIR kendaraan taksi online. (KOMPAS.com/ACHMAD FAUZI)

Saat lihat Menteri Perhubungan Budi Karya bilang kendaraan online kudu di kuur (ini aslinya "kir" dari bahasa Oland), saya kuuaaget! Mau ngakak atau mau nangis! Ah saya ngakakkkk aja hingga istri tanya, apa ada yang lucu. Saya jawab bukan lucu jenaka banget karena Menhub yang saya hormati, apa gak keliru nih? 

Mungkin "Babe" Menhub itu turunan orang yang kaya banget hingga gak pernah naik angkot. Soalnya bila beliau pernah naik angkot di pagi hari dari terminal pasti beliau pernah melihat angkot yang tipe mini bus saat menghidupkan mesin gak perlu starter. Mini busnya yang di nomor polisinya tertempel tanda kir (Indonesiasisasi kuur) dihidupkan dengan rame-rame didorong! Kok bisa lulus kir? Apa memang di-kir atau sekedar ece-ece kir kir-an online? Yang penulis tulis ini bukan hoaks bukan fitnah lho.

Gak percaya? Coba diam-diam selidiki di pagi hari bagaimana mesin di-startwaktu pagi. Berikutnya sepanjang hari saat "ngetem" ya mesin hidup terus. Hidup bukan lantaran AC dihidupkan tetapi menghindari "dorong-dorong"! Kita gak usah ngomong soal lampu-lampunya , lampu sen (sign) hidup apa gak. Lha angkot angkot itu gak perlu lampu sen, dsb. Lha bisa berhenti seenaknya semau dia di mana saja kapan saja dan banyak yang sopirnya buta hurup dan buta warna. Bukan hoaks. Gak bisa baca rambu-rambu dan warna hijau kuning merah TL traffick Lightaja disikat! Katanya di kir! Yang di kir apanya? Yang di kir dompet pemiliknya kaleee?

Terus terang penulis gak punya kendaraan yg di-bisnis online-kan. Tapi sejak ada transportasi online untuk menghindari macet, menghindari susah cari parkiran, penulis lebih suka naik transportasi online untuk kepentingan tertentu. Menghadiri seminar, kondangan pernikahan termasuk sunatan. Bisa tiduran sepanjang perjalanan. Pengemudinya pintar cari jalan pintas, pakaiannya necis sopan termasuk "gak sembarang ngupil ato buang ludah seenaknya"! Dan kendaraannya bersih, gak dorongan dan pajak STNK-nya juga lebih mahal dari kendaraan transport jadul. Yang jelas pintu jendela komplet. Apa yang perlu di-kir? Apa Yth Bapak Menteri gak ngeuh

Sayang Pak Jokowi jadi presidennya baru-baru aza. Coba sekian tahun yang lalu Pak Harto sadar legowo gak sekian periode jadi presiden dan mempersilakan orang seperti JKW cepat jadi penggantinya, dan saya yang masih muda diangkat jadi Menhub-nya (hahahahaha), maka yang akan saya lakukan bukan lebih pro ke transport jadul. Yang akan saya lakukan adalah "mengubah mental" pelaksana transport jadul mulai dari pemiliknya, organisasinya, dan sopirnya. Perubahan mental yang pertama: jangan egois! Masa baru berkurang pendapatannya (yang diakibatkan "gombal"nya perilaku sendiri) malah menuntut sama sekali "mematikan" hidup orang lain yang berdasarkan pemantauan di lapangan lebih mampu melayani harapan publik!

Perubahan mental kedua ya mawas diri. Siap selalu dengan perubahan, jangan mau enaknya sendiri minta diistimewakan!

Dasar bermasyarakat saja harusnya sadar bahwa soal suka tidak suka, like dislike itu utamanya harus dari tingkah pola diri sendiri. Bangsa Indonesia itu jangan dianggap bodoh, gombal meleketehe! Manusia Indonesia sejak zaman dahulu kala adalah bangsa yang hebat. Bisa bikin kerajaan-kerajaan di seluruh Nusantara dan bermoral baik saling tolong, gotong royong, saling peduli. Ada pameo mangan ora mangan ngumpul. Lha mengapa tuntutan egois sadis mau enak sendiri tanpa menyadari "kebodohan"nya malah pemerintah mengakomodasinya. Tingkatkan donk mental baja: berusaha berusaha lebih baik jangan cuma minta dikasihani.

Jaman Orba dulu yang namanya nilai kejujuran diutamakan. Mau enak berusahalah berjuang lah. Pelihara harga diri. Gak usah selalu minta dikasihani. Berharap menjadi bangsa yang mandiri tidak tergantung bangsa lain. Kok malah para "pengemis" keistimewaan diamini?

John Brata

Boxes | Ayo kita #UnlockJakarta - YouTube




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline