[caption id="attachment_392636" align="aligncenter" width="600" caption="Foto:Kompas.com"][/caption]
Penerbang bila mengangkasa pasti akan bertemu dengan yang namanya awan. Awan ada sekian macam. Mulai dari yang tipis putih seperti kapas. Ada yang agak tebal seperti kapuk.Ada yang tebal mulai gelap dan tidak diam seakan akan kepulan asap dari bakaran sampah. Lama lama membesar tambah gelap jadilah dia cumulus.
Kumpulan cumulus yang bergabung bisa membentuk makin gede makin gelap bergumpal gumpal besar tinggi jadilah dia disebut cumulus nimbus atau CB. Seperti semua jenis awan CB ini yang belum matang agak gelap, menjadi matang warnanya abu abu. Gak mau diam bergulung gulung. Di dalamnya yang jelas dingin.Sangat dingin sekali ! Suhunya bisa 50 derajat di bawah nol di bawah titik beku. Sudah pasti ada petir, thunderstorm, banyak gumpalan es mulai yang seperti salju, kerikil hingga yang besar seperti tinju Joe Louis, bisa juga segede yang ada diBH Mae West . Dan yang paling bikin susah di dalam CB terjadi apa yang dinamakan turbulence. Angin gak keruan bergerak gak ada juntrungan seperti banteng yang coba dinaiki cowboy dalam lomba rodeo. Pesawat atau apa saja yang masuk kedalamnya bisa digabruk gabruk tak terkendali menyebabkan burung besi bisa jadi kerupuk !
CB ini biar membahayakan tidak boleh dituduh sebagai musuh ! CB juga ciptaan Tuhan lho . Dan Gusti Allah tidak diam. Dia juga menciptakan manusia manusia yang memiliki talenta menyelidiki segala karasteristik tingkah pola si CB ini. Lalu Tuhan juga menciptakan manusia manusia yang bukan saja mampu membuat pesawat tapi lengkap dengan semua peralatan yang dibutuhkan.
Mulai saja pesawat terbang bila masuk CB dia akan menghadapi gumpalan es yang bisa masuk ke mesin pesawat dan menyebabkan mesin " koit ". Karena suhu pesawat relatif lebih dingin ya bila bertemu dengan udara atau benda yang lebih dingin pasti akan ditempel.Lapisan es yang menempel di permukaan pesawat seperti sayap menyebabkan pesawat bertambah berat.Kehilangan daya angkat,lift, dan menjadi seperti batu , jatuh ! Pesawat yang sebesar Airbus 320 bisa ditempeli es seberat hampi lima ton atau 5 .oooKg .
Pasti pesawat serasa ajrut ajrutan seperti orang orang dungu yang hampir mati karena mabok miras oplosan !
Tetapi kita tidak perlu takut karena Tuhan juga menciptakan manusia manusia bertalenta yang memiliki solusi bagaimana mengatasi karakter si CB . Pesawat dilengkapi dengan apa yang dinamakan anti icing.Pencegah kondisi keinginan es menempel. Pasti ada engine anti icing. Pasti ada wing deicer yang akan merontokkan tempelan ec dipermukaan sayap.Pasti ada tambahan anti icing buat jendela cockpit. Pasti dipasangi alat pembantu pemantik yang akan membantu menghidupkan mesin yang ujug ujug mati kemasukan gumpalan es dan sekian macam perlengkapan yang akan menjinakkan kebinalan CB .
Yang paling amat penting juga pesawat canggih jaman sekarang pasti dilengkapi dengan apa yang dinamakan Radar Cuaca, weather radar. Jangkauannya cukup jauh bisa hingga 300 nms, nautical miles. 1 nms itu = 1,62 km. Nah bila dihadang CB pada jarak 100 - 150 nms penerbang harus sudah bereaksi mengantisipasinya. Mempergunakan checklist yang pelaksaaannya dibaca, check list tidak dihapalkan. Dibaca. Sebab bila dihapalkan pasti ada kemungkinan lupa.Ya SOP nya baca. Checklistnya bisa dinamakan Foul weather entry yang dibagi 2 , enroute atau saat akan mendarat . Pertama, seast belt On dan penerbang memberitahukan pramugara/i akan terjadi perubahan cuaca. Sesuai dengan checklist aktifkan segala yang diperlukan seperti yang dijelaskan di atas. Secara simultan kurangi kecepatan pesawat misalnya menjadi 230 knots agar bila terjadi goncangan badan pesawat dalam kondisi mampu menahan stress yang disebabkan proses ajrut ajrutannya pesawat. Tentu saja kontak ATC untuk meminta izin keluar lajur yang ditentukan. Secara logis paling baik menghindari awan atau CB itu ya dengan meminta terbang ke kiri atau ke kanan. Biasanya dengan menyebutkan ke kiri atau ke kanan sekian derajat sekian menit. Request ini tidak oleh ujug-ujug untuk memberi ATC mengevaluasi situasi dengan memperhatikan penerbangan-penerbangan yang lain yang pating seliwer di angkasa agar tidak terjadi tabrakan. Pesawat jet di udara terbang sekitar 800 - 900 Km perjam. Jadi kalkulasi secara mental jarak 100 nms akan ditempuh 8 menit .
Apakah sebaiknya tidak naik saja? Radar tidak bisa mendeteks ketinggian awan. Jadi common sense ya harus menghindari, avoid, kiri atau kanan. Hal ini tidak jadi masalah.Katakanlah penerbang meminta alih arah sekitar 50 nms atau 80 km, jarak tempuh cuma 5 - 6 menit. Jauh lebih mending, katimbang masuk awan semenit dibanting kiri kanan atas bawah selama semenit yang akan teras sehari !
Situasi kondisi apa yang dihadapi pesawat hanya diketahui sang penerbang. Sementara ATC hanya memonitor tanda BLIP di radar yang dikirim transponder pesawat dengan Fight number plus catatan arah, ketinggian pesawat dan mungkin kecepatan. Jadi keputusan berada di tangan penerbang.
Saat ini di negara kita radar yang di miliki ATC untuk memonitor mengatur melayani pesawat yang sedang mengudara belum dilengkapi radar cuaca. Hal ini membuat ATC tidak tahu apa yang dihadapi pesawat yang sedang terbang.