Lihat ke Halaman Asli

19_KHAILA AISYAH SUDRAJAT

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Kehamilan Usia Dini: Masalah yang Mengancam Masa Depan Generasi Muda Indonesia

Diperbarui: 11 Desember 2024   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat ini, isu kehamilan di usia dini menjadi salah satu isu sosial yang perlu mendapat perhatian serius dari kita semua. Fenomena ini kerap diwarnai stigma sosial, ketidakadilan gender, dan persoalan akses pendidikan seksual yang minim. Di balik statistik yang mengkhawatirkan, ada banyak cerita tentang remaja perempuan yang terjebak dalam lingkaran persoalan yang lebih besar, termasuk kemiskinan, putus sekolah, hingga kerentanan terhadap kekerasan.

Kehamilan di usia dini sering kali dilihat secara bias. Remaja perempuan yang hamil kerap dicap sebagai "tidak bermoral" atau "kurang didikan", tanpa melihat akar persoalan yang lebih kompleks. Sebaliknya, peran laki-laki sering luput dari sorotan, sehingga tanggung jawab atas masalah ini tidak dibagi secara adil.

Hal  yang perlu diperhatikan adalah kurangnya edukasi seksual di kalangan remaja. Di banyak lingkungan keluarga, pembicaraan mengenai seksualitas masih dianggap tabu, sehingga remaja cenderung mencari informasi dari sumber yang tidak terpercaya. Akibatnya, mereka menjadi rentan terhadap hal-hal yang seharusnya tidak terjadi, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, dan kekerasan seksual.

Selain itu, remaja perempuan yang menghadapi kehamilan dini sering kali harus memikul beban ganda, mulai dari stigma sosial hingga kesulitan ekonomi. Banyak di antara mereka yang kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak mereka. Dalam situasi ini, masyarakat sering kali hanya menjadi penonton, sibuk memberi label tanpa memberikan solusi konkret.

Kita juga melihat bagaimana mitos-mitos seksual yang salah masih berakar kuat di masyarakat. Mitos seperti "pendidikan seksual akan mendorong remaja untuk berhubungan seksual" yang membuat implementasi program edukasi seksual di sekolah menjadi terhambat. Padahal, fakta menunjukkan bahwa pendidikan seksual yang komprehensif justru dapat menunda usia pertama kali berhubungan seksual dan mengurangi risiko kehamilan dini.

Media juga memegang peran penting dalam mengatasi masalah ini. Alih-alih hanya menjadi sarana hiburan, media perlu lebih aktif memproduksi konten edukatif tentang kesehatan reproduksi. Jika tidak, masyarakat akan terus dijejali informasi yang salah dan prespektif yang merugikan korban kehamilan di usia dini.

Kehamilan di usia dini bukan hanya masalah individu, tetapi tanggung jawab kolektif. Kita membutuhkan kebijakan yang inklusif, program edukasi yang holistik, serta dukungan masyarakat yang lebih empatik. Tanpa itu, kita hanya akan terus berada dalam lingkaran persoalan yang sama, di mana remaja perempuan terus menjadi korban sistem yang tidak berpihak pada mereka.

Isu ini menuntut keberanian kita semua untuk berpikir jernih dan bertindak nyata demi masa depan generasi mendatang. Setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini akan menentukan arah kehidupan anak-anak muda di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline