Pagi-pagi, menikmati kopi hitam bergula, kawan lama bercerita tentang kebiasaan barunya berenang pagi di laut. Katanya untuk menyembuhkan kaku-kaku tubuhnya akibat stoke ringan yang baru menyerangnya setahun lalu.
Lanjut ceritanya dengan suara yang mirip-mirip Bang Karni Ilyas, sohib tersebut tidak cerita panjang soal air laut dan stroke. Ia malah cerita di lokasi tempatnya berenang, di depan Port Rotterdam, yang lazim disebut Popsa, karena memang di situ dulu awalnya POPSA (Persatuan Olah Raga Perahu Motor dan Ski Air) Pada tahun 1954 didirikan oleh Andi Mattalatta, bapak ski air Indonesia.
Ih, bukan pula Popsa yang dibahas tetapi sebuah tugu perjuangan tidak terawat, tentu saja sangat terkait dengan sosok Andi Mattallatta, mantan Panglima Kodam XIV/Hasanuddin yang pertama. Juga tentang Mayjen (Purn) H. Andi Mattalatta, salah seorang tokoh pejuang kemerdekaan asal Bugis Barru, Sulawesi Selatan, kelahiran 1 September 1920.
Dalam blognya : multimediamerahputih.blogspot.co.id tersebut menuliskan latar sejarah bahwa tugu itu adalah simbol pendaratan pasukan Batalyon D yang berkedudukan di Jawa Tengan dengan Komandan Mayor Andi Mattalatta.
Pendaratan pasukan pimpinan Andi Mattalatta ini sebagai jawaban atas suasana Indonesia Bagian Timur pada Pengakuan Kedaulatan NKRI. Walau Soekarno - Hatta di Jakarta sudah cetuskan proklamasi Indonesia merdeka yang terjadi akibat kevakuman pemerintahan setelah penguasa militer Jepang meletakkan senjata.
Namun pihak Belanda mempengaruhi kalangan prajurit KNIL di Makassar, Manado dan Ambon. Akibat kampanye anti-TNI hingga timbul berbagai pergolakan daerah di Indonesia. Misalnya kerusuhan dan aksi militer pimpinan Kapten Andi Azis dan menyerang markas TNI di Makassar.
"Andi Azis sebelumnya adalah ajudan Wali Negara NIT, Sukowati dan bersama satu kompi KNIL resmi memasuki TNI pada 30 Maret. Namun sehari sebelumnya dia ditemui Dr.Chris Soumokil yang datang dari Manado dan bersama Kolonel Schotborg mempengaruhinya untuk menentang pendaratan Batalyon Worang di Makassar pada 5 April. Azis dipengaruhi bila APRIS terbentuk, tidak perlu kehadiran TNI." Tulis Gajah Mada Harding dalam blog multimediamerahputih.blogspot.co.id.
Sohib, Gajah Mada Harding yang juga adalah Pembina pada organisasi Komando Pejuang Merah Putih, ungkapkan keperihatinannya melihat tugu perjuangan itu tidak terawat, padahal memiliki nilai histori yang penjang, terkait keberadaan TNI di daerah ini. Juga memiliki keterikatan kuat dalam perjuangan kemerdekaan NKRI.
"Tugu Pendaratan Andi Mattalatta Terabaikan Sayang?" katanya sedih.
Pinggiran Kota Daeng, 28 November 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H