Saat pertama injakkan kaki di Kabupaten Mamuju (Matra), tahun 2004 silam, beberapa tahun setelah dimekarkan dari Kabupaten Mamuju, kabupaten paling utara provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) ini cukup tertinggal. Ibu kota kabupaten, Pasangkayu, masih sangat kumuh. Jalan-jalan masih aspal lapen yang bopeng dengan sarana listrik masih 6 to 6, nyala jam sore, mati jam enam pagi. Walaupun aktivitas industri sawit di kabupaten yang berjuluk "Bumi Vova Sanggayu" ini luar biasa pesatnya.
Kini kota Pasangkayu, sangat mencuit hati berbagai pasilitas umum (Fasum) yang diperuntukkan bagi rung public (public space) ditata dengan cantik menggunakan konsep lokal modern. Ibukota, Mamuju Utara ini memiliki sejumlah ikon yan menunjukkan ciri khasnya, seperti Bundaran Smart yang dibangun tahun 2013 lalu, menampilkan tuguh dengan bola bertuliskan "Smart" dengan air mancur yang mengelilingi. Ada pula space public yang melingkar tempat pengunjung berjalan. Bundaran Smart ini, dilengkapi pula pilar-pilar unik dan cantik bermotif kain yang menjadi ciri khas sejumlah suku-suku yang ada di Kabupaten Mamuju Utara.
Sekedar catatan tambahan, Kabupaten Matra didukung oleh sedikitnya 14 suku yang berasal dari seluruh nusantara ini. Karena itu, kabupaten ini dikenal pula sebagai miniatur Indonesia. Perpaduan suku-suku yang ada di Matra ini, menjadi kekuatan utama untuk mendorong percepatan pembangunan. Tidak mengherankan kabupaten yang terbentuk berdasarkan UU No 7 Tahun 2003 ini pembangunannya cepat lajunya.
Selain Bundaran Smart, Kota Pasangkayu juga memiliki ikon lain, seperti Masjid Madani yang indah dan megah. Rumah ibadah ini memilki halaman yang luas dan berada dalam kompleks perkantoran pemerintah setempat. Ada juga, Jembatan Merah Pasangkayu (JMP), sebuah jembatan yang membela Sungai Pasangkayu menuju lokasi Smart City, sebuah kota baru yang bakal dibangun oleh pemerintah Matra.
Ikon Kota Pasangkayu yang terbaru adalah Pantai Vova Sanggayu, sebuah ruang public yang sangat mengesankan. Memiliki tata ruang yang modern namun tetap menunjukkan ciri khas dan karakter lokal Mamuju Utara. Ini menjadi ruang rekreasi bagi masyarakat dimana aneka kuliner khas dijajakan, seperti halnya di lokasi Bundaran Smart.
Perubahan Kota Pasangkayu menjadi sebuah obyek wisata baru di Sulbar, itu tidak terlepas dari kepiawaian dua insinyur , yaitu, Ir. H. Agus Ambo Djiwa, MP dan Budiansya, ST. Keduanya adalah Bupati Mamuju Utara dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mamuju Utara.
H. Agus Ambo Djiwa, adalah Bupati Matra, yang telah dua priode memimpi kabupaten penghasil sawit ini. Sosoknya yang sabar, normatif, bertutur halus, namun dengan pengalaman yang cukup meluas, juga adalah politisi senior PDIP. Memiliki inovasi dan kreasi yang cepat dalam membangun kabupaten yang dipimpinnya.
Sementara, Budiansya, ST, adalah sosok kepala dinas yang piawai di bidangnya. Alumni Fakultas Teknik Universitas Muslim Indoenesia (UMI) ini, masih sangat mudah dan enerjik. Ia adalah pribadi yang ramah dan cukup dikenal meluas di masyarakat. Senang berkomunikasi secara humanistik dengan siapa saja dan peduli pada sesama.
"Apa pun pembangunan yang kami lakukan, tidak luput dari peran serta seluruh stakeholder. Olehnya itu, membangun komunikasi dan koordinasi yang baik di tiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD), sangat penting demi suksesnya pembangunan di Daerah kita ini." Begitu katanya pada wartawan terkait apa yang dilakukannya dalam menata Kota Pasangkayu.
Kampung Popsa Makassar, 25 November 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H