Lihat ke Halaman Asli

Indah Wahyu Himayatul Islam

Mahasiswi UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

APE dan Kognitif

Diperbarui: 26 November 2021   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Anak adalah anugerah terbaik dari Allah SWT yang dititipkan kepada kita sebagai orang tua dengan tugas untuk membimbing dan membesarkannya dengan penuh kasih saying dan setulus hati. Adapun anak pasti akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang telah kita tanamkan dan kita contohkan kepadanya sehari-hari. Baik di sengaja ataupun tidak anak pasti akan mencontoh perbuatan yang ia lihat dari kita sehari-harinya. Tanpa disadari banyak sekali orang tua yang masih menganggap remeh tentang masa keemasan yang dimiliki oleh anak usia dini.

Anak usia dinibagaikan kertas putih yang masih kosong dan belum terisi sebuah coretan apapun. Hal ini membuat ia akan lebih banyak menyimpan memori dan lebih mudah menyimpan memorinya. Anak usia dini pastilah memiliki beberapa aspek pertumbuhan dan perkembangan yang harus dioptimalkan oleh kita sebagai orang tua dan juga guru. Jika di rumah anak dirawat, dijaga, dan diasuh oleh orang tuanya maka di sekolah tugas tersebut sudah berganti menjadi tugas para guru.

Kita sebagai orang tua patutlah untuk memilihkan anak pendidikan yang bermutu dan juga berkualitas tinggi sehingga anak juga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal tanpa perlu dikhawatirkan lagi. Bukan berarti saat anak di tinggal di sekolah para orang tua lepas tangan dan memberikan seluruh tanggung jawab kepada para guru disekolah. Para orang tua juga harus tetap mengontrol dan mengawasi anak bagaimanapun caranya karena orang tua juga senantiasa untuk wajib mengetahui apa saja yang anak lakukan di sekolah sebagai pengembangan stimulus untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Stimulus-stimulus yang diberikan harus sesuai dengan aspek perkembangan yang akan di kembangkan dalam diri anak usia dini.

Orang tua dan juga guru harus sering berkomunikasi dalam artian sebagai konsultasi penyambungan parenting yang di lakukan oleh orang tua di rumah dan juga cara pendidik mendidik anak di sekolah. Sehingga keduanya ini bisa tersambung dan saling memudahkan untuk merencanakan pemberian stimulus yang sesuai dengan kebutuhan anak dan juga tepat sasaran. Nah, adapun contoh aspek perkembangan yang akan dikembangkan oleh pendidik adalah aspek kognitif. Aspek kognitif sendiri juga memiliki stimulus yang berbeda-beda dari pemberian stimulus pada aspek-aspek perkembangan lainnya yang kita ketahui.

Alat permainan edukatif atau yang biasa kita sebut dengan APE adalah bermacam-macam peralatan atau sesuatu benda yang dapat dipergunakan untuk bermain. Yang mana peralatan atau benda tersebut dapat menstimulasi dan mengembangkan seluruh kemampuan anak. Alat Permainan Edukatif atau APE merupakan alat bantu bermain sambil belajar yang meliputi alat-alat untuk bermain bebas dan kegiatan-kegiatan di bawah pimpinan guru. Alat Permainan Edukatif atau APE adalah alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan. Selanjutnya Depdiknas Dirjen PAUD (2007) menjelaskan bahwa alat permainan edukatif atau APE adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukatif atau pendidikan yang dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak.

Alat permainan edukatif pastilah sangat membantu guru dan para tenaga pendidik lainnya dalam memberikan stimulus pada anak usia dini dengan ranah dan arah yang tepat pada tujuan sasaran pengembangan. Alat permainan edukatif sendiri juga memiliki banyak manfaat untuk menstimulus pengembangan dan pertumbuhan anak usia dini. Alat permainan edukatif atau yang biasa kita kenal dengan sebutan APE dapat dibuat dan dirancang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh anak usia dini. Para pendidik juga harus sekreatif mungkin dalam merancang alat permainan edukatif atau APE ini.

Alat permainan edukatif atau APE ini harus di rancang semenarik mungkin agar anak dapat tertarik untuk memainkannya. Tanpa disadari anak sudah dapat mengasah perkembangan kognitifnya dengan memainkan alat permainan edukatif atau APE yang telah dibuat oleh para pendidik. Anak akan lebih senang jika apa yang ia pelajari bukan dari hasil paksaan lingkungannya untuk mempelajari sesuatu. Anak juga akan lebih mudah memahami apabila apa yang ia pelajari merupakan hal yang menyenangkan dan secara langsung ia lakukan dan juga ia eksplor untuk mencobanya sendiri.

Ada beberapa contoh permainan yang dapat digunakan untuk menstimulus perkembangan kognitif anak usia dini diantaranya yaitu: berdongeng menggunakan boneka jari, menyusun balok menggunakan balok, menyebutkan huruf alphabet menggunakan kotak alphabet karena bermain balok dapat mengasah konsentrasi anak untuk fokus menyusun balok agar tidak terjatuh, dan mengasah pikiran anak untuk menciptakan suatu karya dari susunan balok-balok. engan bermain balok memunculkan imajinasi menjadi bentuk yg nyata. Mengasah kreativitas anak sebab kreativitas itu bagian lain dari kognitif anak. Selain itu menumbuhkan semangat sebab jika bangunan balok ambruk, anak berusaha membangun lagi agar tidak ambruk, anak berusaha fokus dan konsentrasi bagaimana cara membangun yg kokoh.

Perkembangan kognitif itu merupakan kemampuan berfikir, menggunakan daya ingat sekaligus keterampilan dalam menyelesaikan masalah. Jika pendek kata, bisa dibilang cerdas dan cermat. Jika dihadapkan pada masalah anak tahu cara meregulasi emosi, memahami situasi, dan mencari solusi. Cermat bisa dikatakan anak mengerti tahapan-tahapan untuk menyelesaikan nya, dari yg mudah ke arah yg sulit, secara bertahap terselesaikan. Selanjutnya kegiatan meronce juga mungkin dapat menstimulus perkembangan kognitif anak usia dini. Bukan hanya motorik halus, namun dengan mengetahui pola meronce (misalkan: bentuk bulat warna biru, lalu balok warna kuning, lalu buat segitiga warna biru dulu kemudian warna pink) dari sini terdapat masalah yg harus diselesaikan oleh anak. Meskipun terlihat mudah, namun ada tahapan rumit yg perlu anak pahami untuk mengulang pola yg sama. Jika dilakukan berkali-kali, dihadapkan dengan masalah yg sama. Anak akan lebih mudah paham dan mengerti cara menyusun pola meronce tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline