PENGEMBANGAN CITA RASA PRODUK UMKM DESA PURWOREJO UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI SOSIAL MASYARAKAT
KKM (kuliah kerja mahasiswa) merupakan kegiatan wajib yang diadakan oleh pihak kampus dan harus diikuti oleh setiap mahasiswa semseter lima dalam periode satu bulan. KKM adalah kegiatan menjadi lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat integratif dalam memadukan Islam dan sains yang bereputasi internasional. Harapannya dengan adanya kegiatan KKM ini diharapkan bisa meningkatkan performa kelembagaan dalam mendukung peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Bisa mengembangkan program-progaram penelitian sains/teknologi dan sosial/budaya bagi dosen mahasiswa menuju penguatan pradigma integrasi Islam, sosial dan sains. Selain itu diharapkan bisa mengambangkan program-program pengabdian kepada masyarakat berkarakter ulul albab dalam rangka mengaplikasikan temuan-temuan penelitian yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Progam KKM sendiri mengupayakan mengambangkan kajian-kajian keilmuan, dan melakukan kerja sama untuk mendukung kualitas penelitian dan pengabdian masyarakat. dan diharapkan bisa meningkatkan kualiatas dan kuantitas publikasi ilmiah.
KKM ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas suber daya manusia dalam penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Untuk meningkatkan layanan penelitian dan pengabdian masyarakat melalui penguatan manajemen dan sistem informasi. Bisa meningkatkan kuantitas dan kualitas publikasi hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat serta meningkatkan kerja sama dengan pihak luar dalam rangka menuju WCU (World Class University).
Mulai tanggal 3 januari 2021 KKM DR 2021 di desa Purworejo membuat program untuk memajukan UMKM Krupuk lempeng. Krupuk lempeng merupakan salah satu produk yang dibuat oleh perorangan yang dijadikan sebagai modal usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Krupuk lempeng ini berbahan dasar singkong. Kerupuk lempeng biasanya dijual dalam bentuk mentahan. Alasan kerupuk lempeng dijual dalam mentahan karena kurangnya inovasi dan ide dalam bentuk, rasa, kemasan dan pemasaran yang belum bisa meluas. Dengan adanya hambatan tersebut maka para mahasiswa yang sedang melaknsanakan KKM DR 2021 di desa purworejo ingin membantu untuk mengembangkan rasa dan memperluas pemasaran produk kerupuk lempeng sehingga program ini juga sesuai dengan tema KKM DR yaitu moderasi beragama dan meningkatkan sosial ekonomi masyarakat.
Proses pembuatan kerupuk lempeng dimulai pada taggal 4 januari 2022 di dengan singkong dikupas kemudian dicuci bersih. Kemudian di selep tipis-tips dan dijemur dalam beberapa hari sampai kering setelah itu baru di selep menjadi tepung dan siap untuk diolah meenjadi kerupuk lempeng. Kerupuk lempeng ini awalnya hanya memiliki satu varian rasa yaitu original. Kemudian kami sebagai mahasiswa memberikan ide untuk menambahkan varian rasa yaitu cumi-cumi, udang, pedas, dan bawang merah. Penambahan varian tersebut bertujuan agar kerupuk lempeng memiliki beberapa varian sehingga bisa menarik perhatian konsumen untuk membelinya sesuai dengan rasa yang disukai. Selain mengembangkan dari varian rasa, bentuk kerupuk lempeng juga sangat diperhatikan. Awalnya kerupuk lempeng bentuknya lebar, namun dalam varian rasa baru tersebut di bentuk lebi kecil, rapi dan menarik. Dirubahnya bentuk kerupuk lempeng ini, karena supaya rapi dalam pengemasan dan pengaturan berat kerupuk ketika akan dijual.
Pada tanggal 5 januari 2021 kelompok KKM DR 2021 memulai kegiatan pembuatan kerupuk lempeng dengan mencampurkan tepung dari singkong yang sudah dihaluskan sebelumnya. Tepung tersebut dicampurkan dengan bahan --bahan yang sudah disiapkan untuk pembuatan kerupuk lempeng. Kerupuk lempeng ini pembuatanyya dengan cara dikukus kemudian di jemur. Proses pengeringan kerupuk lempeng ini 2-3 hari jika cuacanya panas. Namun, jika cuacanya mendung atau sampai hujan maka proses penjemuran bisa sampai berhari-hari. Dengan adanya cuaca yang tidak mendukung maka menjadi penghambat dan kelemahan dalam produksi kerupuk lempeng. Hal tersebut menghambat dan membuang waktu yang cukup lama dari proses pembuatan sampai penggorengan.