Lihat ke Halaman Asli

Sepakbola, Olahraga atau Duka?

Diperbarui: 12 November 2023   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lionel Messi ketika memenangkan balon d'or ke-8. (Sumber: AP Photo/Michel Euler)

Siapa sih yang tidak tahu sepak bola? Hampir semua generasi, baik usia muda sampai orang dewasa sangat gemar dengan olahraga yang satu ini. Mereka tak hanya gemar memainkan cabang olahraga bola besar itu, tapi juga senang kala mendukung tim kebanggaannya berlaga. Terlebih kalau tim favoritnya menang.

Sepak bola adalah salah satu cabang olahraga bola besar dengan peminat terbanyak. Tak hanya di Indonesia, melainkan hampir di seluruh pelosok dunia olah raga ini diminati. Dan setiap klub bola umumnya memiliki pendukungnya yang militan dan fanatik. Sehingga setiap klubnya berlaga, tribun selalu penuh ramai dengan para supporter.

Sepak bola kini tak sekadar mendukung klub favorit, namun sudah lebih dari itu. Fans bola telah mengikuti segala berita terkini yang berkaitan dengan sepak bola. Baik update statistik pemain favorit, bursa transfer, rumor pemain/klub sepakbola, dan lain sebagainya. Baik di lingkungan kampus, pekerjaan, ataupun keluarga tak lepas dari pembahasan sepak bola. Ditambah isu-isu hangat terbaru tentang persepakbolaan, tentunya akan semakin menambah gairah pembahasan tersebut.

Namun pernahkah kalian berpikir bahwa hanya karena sepak bola bisa menimbulkan keributan? Ya, memang. Isu-isu panas sepak bola yang dibahas bisa saja menjadi pemantik emosi antar sesama peminat olahraga ini. Sebab, seperti yang kita tahu bahwa fans bola memiliki rasa militansi dan fanatisme yang tinggi terhadap klub ataupun pemain favoritnya. Jadi, ketika ada berita miring tentang suatu klub/pemain maka isu tersebut akan digoreng oleh fans bola lainnya, sehingga menimbulkan keributan di antara mereka.

Terbaru, Lionel Messi pada hari Selasa (31/10/2023) memenangkan gelar pemain terbaik dalam gelaran Balon d'Or 2023. Namun justru beberapa penggemar bola menganggap penghargaan tersebut tidaklah adil, karena menurut mereka penghargaan tersebut tidak layak diraih oleh Messi, melainkan seharusnya striker muda tajam milik klub Inggris, Manchester City: Erling Haaland. Namun sebaliknya, menurut pendukung Messi, idolanya memang layak menimang trofi bola emas tersebut karena Messi telah membawa Argentina menjuarai piala dunia dan keluar sebagai pemain terbaik turnamen terbesar di dunia tersebut.

Hal seperti ini tentunya menambah bumbu keributan dan memicu memanasnya antar kubu penggemar bola. Keributan ini tak hanya terjadi di obrolan langsung antar penggemar bola saja, namun mereka juga sering saling bersaing argumen dan ribut di beragam platform media sosial, khususnya pada laman/akun-akun yang menyajikan berita persepakbolaan.

Seringkali, saking parahnya ketika pembahasan mulai memanas, tak jarang diantara mereka menyerang secara personal dan melontarkan kata-kata tak senonoh. Dalam beberapa kasus diantara mereka sampai melakukan baku hantam, bahkan pembunuhan. Padahal bagi sebagian orang sepak bola adalah isu yang remeh untuk diperdebatkan, terlebih sampai berujung meregangnya nyawa. Apalagi sepakbola merupakan bentuk cabang olahraga yang menjanjikan kebugaran jasmani.

Apa yang bisa dilakukan?

Sekilas, gambaran situasi yang umum terjadi antara penggemar bola tersebut memantik kesadaran kita untuk berbenah dan mengevaluasi pandangan serta tindakan terhadapan persepakbolaan. Terutama bila kita memandang dari segi hakikat sepak bola itu sendiri, sungguh suatu hal yang bertolak belakang.

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Kita bisa menjaga sikap dan mengontrol diri agar menanggapi perdebatan tidak berlebihan. Selain itu fans sepak bola bisa saja mengubah pandangannya terhadap isu sepak bola sebagai keunikan sepak bola ini sendiri. Kalaupun ada perdebatan, baiknya cukup dibahas sewajarnya saja, jangan terlalu berlebihan. Toh, tidak ada keuntungan yang berarti untuk diri kita sendiri. Karena sepakbola itu dinamis dan akan terus ada dinamikanya seiring berjalannya waktu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline