Lihat ke Halaman Asli

Menjaga Kelestarian Meranti: Dampak Perubahan Iklim terhadap Persebaran, Adaptasi, dan Kelangsungan Hidup Tanaman Endemik Sumatera

Diperbarui: 10 November 2024   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Jurnal Asia


Tanaman Meranti adalah kelompok pohon dari genus Shorea dengan berjenis pohon besar yang mendominasi atau sering ditemukan di hutan hujan tropis Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera. Pohon ini dikenal sebagai salah satu tanaman endemik yang menjadi bagian penting dari ekosistem hutan hujan tropis. Tanaman meranti sering sekali ditemukan di daerah dataran rendah hingga di pegunungan dengan ketinggian tertentu. Selain memiliki nilai ekologi yang sangat besar, tanaman meranti juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena kayunya yang keras dan kuat sering dimanfaatkan dalam industri perkayuan.

Pohon meranti memiliki ukuran yang sangat tinggi, bahkan beberapa spesiesnya dapat mencapai ketinggian hingga 50 meter. Itulah yang menyebabkan meranti menjadi salah satu pohon dominan di hutan tropis. Dengan bentuk batang yang tegak dan lurus dengan daun yang besar dan berwarna hijau gelap, tanaman ini memiliki proses pertumbuhan yang membutuhkan banyak Cahaya matahari. Namun pada fase pertumbuhan muda, tanaman ini lebih suka tumbuh di bawah naungan pohon-pohon lain yang lebih besar.

Meranti tumbuh subur di tanah yang kaya akan bahan organik, biasanya di daerah yang memiliki curah hujan tinggi. Tanaman ini sangat bergantung pada iklim tropis yang lembap dengan suhu yang cukup stabil, antara 25C hingga 30C. Karena itulah, meranti sangat cocok dengan iklim di Sumatera yang dikenal dengan musim hujan yang panjang dan kelembapan yang tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di tanah aluvial, yang memiliki banyak kandungan air, sehingga tidak heran jika pohon meranti sering ditemukan di dekat sungai atau daerah dengan drainase yang baik.

Salah satu daya tarik meranti adalah kayunya yang sangat keras dan tahan lama. Kayu meranti digunakan untuk berbagai keperluan, seperti bahan bangunan, furnitur, dan bahkan dalam pembuatan kapal. Kayu meranti memiliki tekstur yang halus dan warna yang cenderung kekuningan hingga cokelat, yang membuatnya diminati dalam industri perkayuan. Namun, sayangnya, permintaan yang tinggi akan kayu meranti menyebabkan penebangan liar yang berdampak pada keberlanjutan tanaman ini.

Selain itu, meranti juga memiliki nilai ekologis yang sangat tinggi. Hutan meranti menjadi rumah bagi berbagai jenis flora dan fauna tropis. Pohon meranti menyediakan tempat berlindung dan sumber makanan bagi banyak spesies burung, serangga, dan mamalia kecil yang hidup di dalam hutan. Kehilangan pohon meranti dari ekosistem hutan dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan alam yang ada.

Namun, keberadaan meranti juga menghadapi ancaman besar dari deforestasi dan perubahan iklim. Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan penebangan hutan untuk kegiatan komersial lainnya menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup tanaman ini. Selain itu, perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan suhu dan ketidakpastian curah hujan juga bisa mempengaruhi pertumbuhan dan penyebaran meranti.

Untuk itu, penting bagi kita untuk menjaga keberlanjutan tanaman meranti dengan cara melestarikan hutan tropis dan menerapkan sistem pengelolaan hutan yang ramah lingkungan. Jika kita tidak berhati-hati, kita mungkin akan kehilangan salah satu tanaman endemik yang memiliki banyak manfaat ekologis dan ekonomis ini.

--- Karakteristik Iklim Unik di Sumatera---

Sumatera, pulau besar di Indonesia, memiliki iklim yang sangat khas dan beragam, menjadikannya salah satu tempat paling menarik di wilayah tropis. Sebagai pulau yang terletak di dekat garis khatulistiwa, Sumatera menikmati iklim tropis sepanjang tahun. Tapi, bukan hanya panas dan lembap yang menjadi ciri khas iklimnya---Sumatera juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor alam seperti pegunungan, laut di sekitarnya, dan hutan lebat yang luas.

Sumatera mengalami dua musim utama, yaitu musim hujan dan musim kemarau, tapi musim ini bisa berbeda intensitasnya tergantung daerahnya. Biasanya, musim hujan terjadi sekitar bulan Oktober hingga Maret. Selama musim hujan ini, curah hujan bisa sangat tinggi, terutama di wilayah barat yang menghadap langsung ke Samudra Hindia. Curah hujan rata-rata di Sumatera berkisar antara 2000 hingga 4000 mm per tahun, dengan intensitas lebih tinggi di wilayah pegunungan seperti Bukit Barisan. Hujan lebat ini sering disertai oleh badai petir yang cukup sering terjadi di sore hari, memberi kesan dramatis pada pemandangan alam Sumatera.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline