Setiap hari, aku selalu mengantar anakku ke sekolah PAUD. Padahari-hari biasa,setiap mengantar anak, aku hanya memakai kaos oblong rangkap jaket, celana panjang, kerudung, tanpa mandi dulu, ha...ha...ha... Namunpada suatu hari, sedikit luar biasa, karena saat aku mengantar anak berangkat sekolah, keadaanku ber dandan rapi, wangi, dan sudah mandi pastinya…
Hari itu, aku dan wali murid lainnya, ada pembelajaran langsung bersama anak-anak di sekolah, parenting.
Parenting, diawali dengan olah raga senam. Kami wali murid juga diwajibkan ikut bergerak mengikuti gerakan ibu guru. Banyak juga ibu-ibu yang enggan mengikuti senam. Karena sudah dandan, wangi, pakaian rapi, harus ikut senam?. Wew…bisa-bisa bedak luntur, dan badan bau asem lagi seperti belum mandi….Tapi banyak juga ibu-ibu yang begitu semangat mengikuti gerakan senam sebagaimana gerakan yang dicontohkan ibu guru barisan paling depan.
Selepas senam, selanjutnya kami diminta mengikuti guru di belakang anak-anak, menaiki balok titian, bergelantungan di dahan pohon, dan menginjakkan kaki di sela tali temali. Pokoknya, serasa menjadi anak-anak kembali... Banyak ibu-ibu yang merasa kegelian, kerepotan, apalagi dengan berat tubuh yang sedikit berlebih, tentunya bukan sesuatu yang mudah kan… untuk melakukan hal-hal seperti itu…?
Selanjutnya kami berbaris memasuki sentra, dan aku mendapat jatah untuk mengikuti sentra bahan alam. Di sentra alam, kami belajar bagaimana cara berdiskusi dan berdemokrasi, yaitu pada saat anak-anak diminta pendapatnya apakah hari ini kita akan duduk selang seling putra putri, atau berkelompok putri dengan putri, putra dengan putra. Meskipun pada akhirnya lebih banyak yang setuju pada pilihan kedua, namun bagi anak yang memilih pilihan pertama diberi penjelasan tidak ada yang menang dan yang kalah, sehingga anak-anak merasa lega pada keputusan bersama.
Selain itu, kami juga diajak menyanyi, menghafal surat dan hadis, nama-nama malaikat, dan seterusnya sebagaimana pembelajaran anak-anak PAUD pada umumnya. Hanya saja yang membuat berbeda, karena hari itu kami belajar bagaimana cara membuat permainan anak (keris-kerisan) yang terbuat dari daun kelapa. Baru kali ini, dan setua ini, saya baru tahu bagaimana cara membuat permainan keris-kerisan (kasian...deh lo!), dari daun kelapa (janur), bahan alam yang bisa kita dapatkan dari alam di sekitar kita.
Pembelajaran kami bukan cuma itu saja, pada saat kami istirahatpun, kami masih mendapatkan pembelajaran yang sangat berarti, yaitu pada waktu makan snack (ini dia yang ditunggu-tunggu…heuheu) Snack apa yang disajikan pihak sekolah untuk kami wali murid? Apakah snack yang biasa kita jumpai di toko-toko atau mall? Tidak…. Karena snack yang diberikan pada kami adalah ‘lemet’, makanan tradisional yang terbuat dari parutan singkong campur kelapa dan gula merah, lalu dibungkus daun pisang dan dikukus. Dan sebelum kami menikmati sang lemet, bu guru menceritakan pada anak-anak dan kami, wali murid, bahan apa yang dibutuhkan dalam proses pembuatan lemet, serta bagaimana cara pembuatannya. Setelah itu kami berdoa, kemudian si lemet kami nikmati bersama-sama.
Rasanya? Hmmmmmyummy…..pasti enak, apalagi makanan gratis pula…
Setelahnya, kami dipersilahkan untuk memilih bermain dan berkreasi dengan menganyam, membuat rangka rumah dari bahan stik es krim, menulis dan membaca, dan semua itu dikemas dengan cara bermain (nggak kerasa seriusnya sama sekali).
Dari proses parenting hari itu, aku dan ibu-ibu wali murid, guru, serta anak-anak, mendapatkan pembelajaran begitu banyak, diantaranya bagaimana cara kita berdiskusi, berdemokrasi bersama anak. Berhitung, membaca dan menulis, menghafal surat dan hadis, dengan cara bermain dan tebak-tebakan. Berusaha mempertahankan makanan tradisional, yang sudah mulai tergusur oleh burger, spaghetti, dan pizza.
Satu hal yang sangat bermakna bahwa kita dapat bermain bersama anak dengan cara yang murah dan mudah, tidak perlu membeli permainan yang serba mahal seperti yang terpajang di toko-toko mainan. Tapi kita dapat membuat permainan dengan menggunakan bahan alam yang terdapat di sekeliling rumah kita. Kita juga dapat belajar bersama anak pada saat di rumah seperti menghitung batu, belajar membaca atau mengeja saat lampu merah tengah menyala, dan sebagainya. Intinya, di manapun, kapanpun, dan dengan alat dan bahan apapun, kita masih bisa memberikan pembelajaran kepada anak-anak kita….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H