Pengukuhan guru penggerak angkatan 5 kabupaten Tolitoli baru saja usai. Pengukuhan dilakukan oleh Bupati Tolitoli, pada sabtu, 18 Pebruari 2023 di aula SMK Negeri 1 Tolitoli. Pengukuhan dilakukan terhadap 24 orang alumni CGP angkatan 5 Kabupaten Tolitoli dari berbagai tingkatkan. TK, SD, SMP, SMA, dan SMK. Ini guru penggerak angkatan pertama di Kabupaten Tolitoli.
Acara pengukuhan ini murni inisiatif para alumni PPGP angkatan 5 Kabupaten Tolitoli. Konon menurut sumber yang layak dipercaya mereka bahkan membiayai sendiri acaranya. Bukan itu saja, seluruh skenario acara mereka yang menentukan. Termasuk pelibatan PP sebagai pelaku jalannya acara. Pun siapa yang diundang mereka sudah tentukan. Kreativitas dan inisiatif para guru penggerak ini memang luar biasa.
Kegiatan pengukuhan sejatinya tidak ada dalam timeline PPGP. Setelah dinyatakan lulus dan menerima sertifikat, maka seluruh rangkaian kegiatan pendidikan guru penggerak sudah selesai. Agenda puncaknya sudah ditutup dengan pelaksanaan lokakarya 7 dan pameran hasil belajar. Setelah itu para CGP tinggal menunggu hasil. Hasil pendidikan yang dijalani oleh para CGP sekarang sudah diumumkan. Status mereka bukan lagi CGP, tetapi telah menjadi Guru Penggerak yang dibuktikan dengan sertifikat.
Lalu apa perlunya acara pengukuhan itu.
Mencermati jalannya acara dan situasi emosioal yang terpancar selama jalannya acara, saya menyimpulkan setidaknya ada dua pesan penting yang ingin disampaikan.
Pertama, acara pengukuhan atau semacam wisuda alumni PPGP yang begitu sakral menyiratkan pesan sensitif dan urgen. Wisuda dilakukan secara simbolis oleh Bupati Tolitoli. Diawali dengan pembacaan kata-kata pengukuhan dan dilanjutkan dengan pengalungan selempang guru penggerak. Prosesi ini jelas memiliki message penting atas eksistensi guru penggerak. Mereka seakan ingin menegaskan bahwa mereka bukan guru biasa. Mereka guru luar biasa yang siap berkontribusi pada peningkatan mutu pendidikan. Tentu anda sudah tau implikasinya.
Kedua, dari undangan yang sengaja dihadirkan, nampak bahwa acara ini syarat makna yang sengaja ingin disampaikan kepada para stakeholder. Lihat saja para pejabat yang hadir, diantaranya kepala dinas pendidikan, sekertaris dinas pendidikan, kepala BKPSDM, kabid dikdas, sampai kasi ketenagaan. Yang tidak kala penting kehadiran bapak Bupati. Semua pejabat tersebut merupakan para pemangku kepentingan yang terkait langsung dengan promosi jabatan.
Tidak dapat dipungkiri para guru penggerak saat ini merupakan satu-satunya pemegang lisensi sebagai calon pemimpin pendidikan. Mereka pemilik persyaratan formal sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku. Dengan sertifikat guru penggerak mereka secara reguler sangat layak menduduki jabatan kepala sekolah maupun pengawas.Apalagi ditengah krisis jabatan fungsional pengawas, hal ini menjadi sangat relevan. Jadi anda juga pasti sudah tau pesan yang ingin disampaikan apa.
Tentu ini sangat wajar, mengingat salah satu motif menarik dari PPGP adalah memperoleh sertifikat yang menjadi syarat utama untuk menduduki jabatan kepala sekolah atau pengawas sebagaimana diatur dalam permendikbud nomor 40 tahun 2021. Pada regulasi ini jelas disebutkan bahwa yang dapat diangkat sebagai kepsek adalah guru yang memiliki sertifikat guru penggerak. Tidak ada alternatif lain, guru yang ingin mengembangkan karir harus memiliki sertifikat guru penggerak.
Tentu itu bukan motif satu-satunya. Hal itu sangat bergantung pada tujuan masing-masing. Motifnya bisa saja berbeda, atau setidaknya akumulasi dari banyak motif. Namun apapun motifnya, yang terpenting adalah para GP harus mampu menunjukkan kinerja terbaik dalam mendongkrak mutu pendidikan di sekolahnya. Para alumni PPGP diharapkan mampu menjadi role model yang menginspirasi guru lain sehingga proses pembelajaran secara gradual semakin baik.
Kepala dinas pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Tolitoli bapak Usman Taba pada kesempatan tersebut mengatakan, indikator keberhasilan itu harus dapat dilihat dari berubahnya warna merah menjadi hijau pada raport mutu pendidikan. Jika itu berhasil dilakukan maka eksistensi guru penggerak akan semakin diakui. Tentu ini tidak mudah, apalagi jika posisi para guru penggerak belum sebagai decision maker. Tetapi justru disitulah tantangannya bagaimana guru penggerak dengan ilmu dan pengalaman yang dimilikinya mampu mengoptimalkan berbagai potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk mendorong terjadinya perubahan.