****
Ikan Tuing-tuing
Azan subuh dari Masjid Malunda membangunkan kami. Masjid darurat. Masjid sebelumnya hancur akibat gempa yang melanda wilayah Majene beberapa bulan yang lalu.
Selesai shalat subuh kami bergegas melanjutkan perjalanan. Lebih pagi lebih baik. Mobil sudah dipanaskan. Namun sekonyong-konyong pemilik penginapan menyapa kami dan menawarkan minuman panas. Sayang kalau di lewatkan. "Maaf Pak, ada minuman dan kue, bapak mau kopi atau teh? " Kata pemilik penginapan.
Saya memilih kopi sedangkan pak Nawir memilih teh panas. Nikmat sekali kopi pagi itu, apalagi disertai diapong panas. Cukuplah untuk mengecas energi yang sempat terkuras.
Kami mulai bergerak meninggalkan penginapan sekitar pukul 06.15. Suasana jalan masih belum terlalu ramai. Mobil meluncur mulus di jalan aspal menuju kota Majene.
Melewati daerah pinggir pantai, kami melihat banyak penjual ikan terbang berjejer di pinggir jalan. Orang di sana menyebutnya ikan tuing-tuing. Nama tempatnya desa Somba, masuk Kecamatan Sendana Majene. Anda tidak akan menemukan ikan tuing-tuing selain di tempat ini.
Ikan tuing-tuing atau ikan terbang (flying fish) memiliki nama latin exocoetidae. Ikan ini umumnya hidup di perairan trofis dan subtropis perairan atlantik, pasifik, dan hindia. Kemampuan terbangnya berasal dari sirip dadanya yang lebar sehingga memungkinkan meluncur terbang di udara untuk menghindari pemangsa.
Penasaran dengan rasanya, kami berhenti dan mencoba memilih tempat yang cukup anteng. Seporsi flying fish tapa menjadi pilihan kami. Nasinya sudah tersedia. Masih hangat, menggoda selera untuk segera dinikmati. Apalagi ada rica lemon. Terbayang nikmatnya ikan terbang.
Hanya beberapa menit saja seporsi ikan tapa yang disajikan sudah ludes. Antara lapar dan buru-buru untuk segera melanjutkan perjalanan, membuat segalanya terasa berjalan lambat.