Lihat ke Halaman Asli

Mengatasi Ketidakhadiran dan Cuti Karyawan: Studi Kasus Dampak Worklife Balance pada Produktivitas dan Biaya Perusahaan

Diperbarui: 2 Juni 2024   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karyawan Mengambil Cuti? Siapa Yang Akan Menggantikan? - pinterhukum

Penulis

  1. Fahrul Ramadhani (Mahasiswa Manajemen UPN "Veteran" Yogyakarta)

  2. Dr. Purbudi Wahyuni, M.M (Dosen Manajemen UPN "Veteran" Yogyakarta)

   SLEMAN - Pendahuluan artikel ini membahas latar belakang pentingnya keseimbangan kerja-hidup bagi karyawan dan bagaimana hal ini dapat memengaruhi tingkat absensi di tempat kerja. Penelitian sebelumnya juga disebutkan untuk memberikan konteks mengenai topik yang diteliti. Biro Statistik Tenaga Kerja memperkirakan bahwa hampir 2,8 juta hari kerja hilang setiap tahun akibat absensi karyawan. Keberhasilan setiap organisasi bergantung pada aset berharganya yaitu "Karyawan". 

Absensi karyawan dapat menjadi masalah serius bagi organisasi karena dapat mengganggu produktivitas dan kinerja keseluruhan perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk memahami penyebab absensi karyawan dan mencari solusi untuk mengurangi dampak negatifnya. Keseimbangan kerja-hidup adalah aspek penting yang sering diabaikan dalam analisis absensi karyawan. Ketika karyawan tidak mampu mengelola waktu antara pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka dengan baik, tingkat stres meningkat, yang dapat menyebabkan absensi yang lebih tinggi. 

Dengan demikian, meneliti keseimbangan kerja-hidup sebagai faktor kunci dalam mengurangi absensi dapat memberikan wawasan yang berguna bagi perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan produktivitas mereka. Selain itu, penelitian ini juga mempertimbangkan bagaimana kebijakan perusahaan terkait keseimbangan kerja-hidup dapat mempengaruhi tingkat kehadiran dan komitmen karyawan terhadap organisasi.

     Tingkat kehadiran yang memuaskan oleh karyawan di tempat kerja diperlukan untuk mencapai tujuan dan target oleh sebuah departemen. Absensi adalah tindakan atau kebiasaan menjadi tidak hadir, dan seorang yang tidak hadir adalah seseorang yang selalu menghindari pekerjaan. Absensi karyawan merupakan masalah yang sulit bagi manajemen karena melibatkan biaya tambahan yang besar dan mengganggu perencanaan, produksi, efisiensi, dan operasional organisasi. 

Bahkan, tingkat kehadiran yang tinggi mempengaruhi kesehatan organisasi dan juga efektivitas manajerial serta administratif. Sebagian besar penelitian menyimpulkan bahwa absensi adalah variabel yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai penyebab, baik personal maupun organisasional. Penyebab-penyebab tersebut mencakup faktor-faktor seperti penyakit, stres, masalah keluarga, dan kondisi kerja yang tidak mendukung. Oleh karena itu, manajemen perlu mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan absensi untuk mengembangkan strategi yang efektif dalam mengelola kehadiran karyawan dan meningkatkan produktivitas organisasi secara keseluruhan. Implementasi kebijakan yang tepat serta program kesehatan dan kesejahteraan karyawan juga sangat penting dalam upaya ini. Dukungan terhadap keseimbangan kerja-hidup karyawan melalui pengaturan kerja yang fleksibel dapat membantu mengurangi tingkat absensi dan meningkatkan kesejahteraan serta kinerja karyawan.

     Teori tentang absensi karyawan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu absensi yang direncanakan dan absensi yang tidak direncanakan. Absensi yang direncanakan terjadi ketika karyawan mengambil waktu off yang terjadwal untuk liburan, hari pribadi, atau janji medis yang direncanakan sebelumnya. Sementara absensi yang tidak direncanakan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik personal maupun organisasional. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan absensi karyawan antara lain penyakit pribadi, masalah keluarga, masalah pribadi, dan stres. Absensi karyawan, terutama yang tidak direncanakan, dapat berdampak negatif pada produktivitas dan semangat kerja di tempat kerja. Oleh karena itu, strategi yang dapat membantu mengurangi tingkat absensi karyawan antara lain pengaturan kerja yang fleksibel, kebijakan kehadiran yang jelas, keterlibatan karyawan, program kesehatan dan kesejahteraan, serta wawancara kembali ketika karyawan kembali setelah absen. Strategi-strategi ini tidak hanya membantu mengurangi absensi, tetapi juga meningkatkan kepuasan dan keterlibatan karyawan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional organisasi.

   Masalah absensi karyawan merupakan isu serius yang mengganggu produktivitas dan efisiensi operasional. Tingginya tingkat ketidakhadiran tidak hanya membebani perusahaan dengan biaya tambahan, tetapi juga mempengaruhi perencanaan dan produksi secara keseluruhan. Penyebab absensi yang bervariasi, baik yang direncanakan seperti cuti tahunan maupun yang tidak direncanakan akibat penyakit mendadak, stres, atau masalah pribadi, menunjukkan kompleksitas masalah ini. Tidak adanya kehadiran karyawan yang konsisten mengakibatkan kesulitan dalam mencapai target departemen dan menghambat kelancaran operasional. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline