Lihat ke Halaman Asli

gufron afandi

Mahasiswa

Sebuah Tantangan Kemanusiaan, Virus Corona dari Pandangan yang Berbeda

Diperbarui: 5 Maret 2020   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi diskriminasi sosial (foto: www.altundo.com)

Ku beranikan akal pemberian tuhan ini untuk berpikir nakal, walaupun aku tau bahwa setiap kenakalan akan membuahkan dampak negative. Tapi aku tetap yakin bahwa salah satu sisi dari kenakalan akan mampu memupuk rasa keberanian untuk terus berkreasi, berinovasi dan sebagainya. Izinkan lah aku mengutarakan pendapat.

Banyak isu-isu tentang dampak virus corona (COVID-19)yang bertebaran dimedia , baik media, media elektronik ataupun media online. Bahkan pada beberapa laman media isu tentang virus corona tersebut menjadi Headline, yang disiarkan selalu hal negative nya saja. Sampai saat ini tayangan berita yang menyiarkan tentang dampak lain dari virus corona tersebut selalu penyakit dan harga pasar yang melambung tinggi karena ekspor itu. Padahal jika kita mau menelisik lebih dalam lagi dan membuat sebuah praduga lain dari dampak virus tersebut, selain kematian dan harga pasar pasti akan banyak temuan-temuan baru.  Cobalah kita menggunakan pandangan lain dengan mengutamakan sisi kemusiaan.

Pernahkan Anda mengetahui atau merasakan bagaimana dampak dari sebuah tayangan isu virus corona yang berasal dari cina terhadap etnis cina itu sendiri? Hal inilah yang sering kita lupakan, yakni dampak psikologis bagi mereka. Menggiring opini publik dengan Propaganda media masa sangat berpengaruh terhadap sebuah realitas serta tatanan kehidupan.

Coba sesekali kita berpikir bagaimana jika kita berada pada posisi etnis cina? Pasti yang pertama kali kita rasakan adalah sebuah deskriminasi sosial. Sangat dikhawatirkan dengan beberapa tayangan berita di media akan menyakiti psikologis mereka (etnis cina). Alangkah baiknya sebuah tayangan di media hanya menyebarkan tentang bahayanya virus corona tanpa menyembutkan negara dengan julukan tirai bambu ini sebagai biang kladinya.

Fenomena tersebut menimbulkan rasisme terhadap etnis cina dan sebagainya, tentunya akan sangat berprilaku bijak dan memandang bijak terhadap etnis tersebut. Sangat tidak terhormat bagi maanusia bernurani untuk berpandangan aneh-aneh terhadap mereka. TOH mereka juga manusia dengan tahan tubuh yang yang sama dengan kita, dan tentunya, jika sudah nasib pasti akan terkena serangan virus tersebut.

Apalagi bagi kita penduduk Indonesia dengan negara yang terkenal pluralisme ini (tanda, beragam agama ada diindonesia) yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai orang yang beragama islam khususnya, pasti juga akan mengetahui tentang konsep ukhwah insyaniyah. Dengan berpegang teguh pada konsep ukhwah insaniyah ini pasti kita akan menganggap semua umat manusia didunia ini adalah saudara sendiri.

Layaknya saudara kita tidak mungkin menyakiti, berpandangan Aneh atau bahkan mendeskriminasikannya. Jika memandangnya dengan konsep ukhwah insyaniyah Mungkin yang akan kita lakukan pertama kali ketika mendengar tersebarnya COVID-19 Ini yang diduga cina sebagai biang kladinya, adalah dengan tetap tenang. Hal ini menjadi daya tahan tubuh tersendiri bagi kita, karena control diri yang tenang akan meningkatkan tahan tubuh kita. Dari pada kita harus panic dan ikut-ikutan meng'iyya'kan tanpa menemukan fakta yang valid dan akurat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline