Lihat ke Halaman Asli

Volunteer Energi Wujud Ketahanan Energi

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh: Abdul Ghopur

Rencana pemerintah menghemat pemakaian energi secara nasional beberapa tahun belakangan ini, belum menunjukan kemajuan yang signifikan. Efisiensi energi yang dilakukan pemerintah dengan menekan laju pertumbuhan konsumsi BBM dan listrik di masyarakat belum efektif. Program konversi gas yang sedang digalakkan pemerintah untuk menunjang program hemat energi juga masih berjalan tersendat-sendat. Pasalnya, dari 10 juta tabung gas yang dibutuhkan untuk menunjang program tersebut, baru 1 juta tabung yang dapat dipenuhi. Masyarakatpun masih harus dibingungkan dengan langkanya suplai gas, belum lagi disparitas harga gas yang sering membingungkan dan cukup membebani masyarakat sebagai konsumen gas menengah ke bawah.

Program efisiensi energi yang dijalankan pemerintah sesungguhnya tidak dilandasi dengan strategi terpadu pengelolaan energi. Sehingga, lemah ditingkatan implementasi. Lemahnya implementasi pemerintah dalam penerapan kebijakan tata kelola energi berimplikasi pada inefektifitas efisiensi energi secara nasional. Lemahnya aplikasi kebijakan efisiensi energi di masyarakat karena tidak didukung oleh strategi komunikasi yang langsung mengena pada masyarakat, khususnya masyarakat kelas bawah yang awam akan permasalahan energi.

Oleh sebab itu, perlu adanya saluran-saluran komunikasi di masyarakat yang dapat langsung dan secara kontinu berinteraksi dengan masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah perlu membentuk Pusat Informasi Energi. Langkah ini bertujuan untuk menjaga keberlangsungan program diatas. Pusat informasi yang berada di tengah–tengah masyarakat akan membuat pertumbuhan perubahan gaya hidup dan kesadaran hemat energi akan tercapai secara signifikan. Misalnya, dengan menempelkan stiker, pemflet, atau brosur-brosur dan iklan layanan masyarakat lainnya di kelurahan atau balai warga, atau tempat-tempat strategis lainnya tentang hemat energi dan iklan layanan masyarakat yang menggugah kesadaran dan budaya hemat di masyarakat. Selain itu juga, pemerintah perlu membentuk Relawan/Volunteer Energi yang secara langsung dapat berinteraksi dan manjadi penyambung komunikasi pemerintah kepada masyarakat. Volunteer Energi bertujuan sebagai saringan dan pusat informasi energi baik untuk pemerintah sendiri maupun untuk masyarakat luas. Volunteer Energi ini menjadi semacam ujung tombak serta penyambunng lidah program efisiensi energi pemerintah. Layaknya petugas penyuluhan demam berdarah yang selalu mengingatkan masyarakat untuk selalu melakukan 3M (menguras, mengubur, menutup). Volunteer Energi berfungsi sebagai fasilitator dan inspektur lapangan yang akan selalu mengingatkan masyarakat akan pentingnya hemat energi sedini mungkin. Volunteer Energi ini juga berfungsi untuk menjelaskan secara komprehensif tentang kondisi energi terkini kepada masyarakat. Yaitu, bagaimana sesungguhnya permasalahan energi yang sedang dihadapi Indonesia sebagai entitas dunia yang secara ekonomi dan teknologi terus berkembang. Perkembangan ekonomi, teknologi dan informasi yang pesat dewasa ini menuntut peningkatan kebutuhan masyarakat akan energi. Sehingga pemakaian energi oleh masyarakat yang cenderung boros perlu segera direm. Namun, di tengah kondisi masyarakat yang awam akan masalah energi, memang agak sulit mengubah paradigma dan kebiasaan masyarakat yang cenderung seenaknya dan boros pemakaian energi/listrik.

Kampanye/sosialisasi hemat energi yang meluas dan berkesinambungan diseluruh level masyarakat, khususnya di level grassroot, melalui saluran-saluran komunikasi yang ada di masyarakat harus dijalankan secara simultan dan terus menerus. Masyarakat harus terus diedukasi secara berkelanjutan tentang pentingnya berhemat dan mendorong penggunaan energi alternatifdan yang terbarukan pada masyarakat.

Tugas besar ini tentunya tidak dapat dilakukan pemerintah sendirian, termasuk juga tidak dapat hanya dikampanyekan melalui iklan di media-media massa baik elektronik maupun cetak. Sebab, selain harus bertarung dengan kepentingan yang sifatnya kapitalis pragmatis, iklan-iklan di media massa akan mudah diingat tetapi juga gampang dilupakan. Akan tetapi akan jauh berbeda dengan Volunteer Energi yang dapat langsung berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyrakat. Nah, mengapa penting Volunteer Energi? Jawabannya, Volunteer Energi memiliki kelebihan, yakni, Volunteer Energi pembentukannya dapat langsung dibentuk oleh masyarakat sendiri. Masyarakat membentuk komunitas-komunitas yang perduli dengan masalah-msalah energi. Volunteer Energi ini dapat direkrut dari Perguruan Tinggi, sekolah setingkat SMU, maupun masyarakat/pemuda di daerahnya masing-masing. Dengan merekrut Volunteer Energi di daerah asal, diharapkan mereka akan lebih mengetahui dan mengusai medan.Sedangkan teknis pelaksanaan kerjanya adalah dengan melakukan sosialisasi ke rumah-rumah penduduk dari pusat perkotaan sampai ke pelosok-pelosok desa. Atau bisa juga menggunakan sarana fasilitas kantor pemerintahan, semisal kantor Kelurahan atau kantor RW. Para tim relawan dapat pula mengadakan diskusi rutin dengan warga masyarakat tentang kondisi energi nasional kekinian dan langkah tepat berhemat pemakaian listrik. Dengan demikian program hemat energi pemerintah dapat berjalan secara gradual, berkelanjutan, dan sesuai rencana. Sehingga pengelolaan energi nasional menjadi lebih matang, terukur dan terpadu. Yang paling penting langkah penghematan energi yang dilakukan pemerintah bukan hanya sesaat. Langkah penghematan energi harus bersifat kontinuitas dan menjadi budaya bangsa.

Adapun dalam jangka panjang pemerintah juga harus mengupayakan: pertama, pelaksanaan hasil pemetaan wilayah yaitu pembenahan, tawaran konsep baru, pelaksanannya, dan evaluasi yang bermuara pada perbaikan manajemen pemanfaatan energi secara nasional. Kedua, mendorong penemuan dan penerapan teknologi energi alternatif yang tepat guna. Ketiga, ditemukannya potensi-potensi lokal berupa sumber-sumber energi terbarukan untuk dimanfaatkan serta dikembangkan secara massal demi meningkatkan kesejahteraan masyarkat di wilayahnya. Keempat, mendorong munculnya sumber daya manusia (SDM) yang ahli dan tangguh di bidang energi.

Berangkat dari pemikiran tersebut di atas, kini sudah saatnya pemerintah memiliki cetak biru (blue print) mengenai penghematan energi nasional yang akuntabel, transparan, sistematis, komprehensip, berkelanjutan (sustainable) dan terarah. Dengan blue print tersebut, diharapkan ke depan kita tidak lagi menyaksikan kelangkaan dan kesenjangan suplai energi antar daerah yang semestinya dapat diatasi dengan baik, sehingga, cita-cita akan ketahanan energi nasional dapat terwujud. Semoga![]

Penulis adalah Intelektual Muda NU,

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) & Central Study 164

(Pemikir Masalah-masalah Kebangsaan dan Politik Kebijakan Energi Nasional)

Menulis Buku SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SALAH KELOLA! ”Kritik Terhadap Pengelolaan SDA Rezim Pascakolonial” 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline