Lihat ke Halaman Asli

Suryanto Rauf

Bumi Ku Adalah Bumi Manusia

Aktivis Kritis Dilarang di Indonesia?

Diperbarui: 1 September 2019   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pahlawan Nasional/sumber: instagram/adie_sapp

" Tujuan Aktivis Sejati adalah berjuang menyelamatkan dunia dari kejaliman dan kekejian orang-orang munafik serta kaum kapitalis. Aktifis sosial mengajarkan umat memberi jiwa dan kehidupan sosial kepada bangsa-bangsa yang terpecah- belah dan peradaban- peradaban yang mati.

Jadi, aktifis bukanlah pemberontak atau musuh rakyat dan Pemerintah yang adil tetapi mereka adalah Keluarga yang mempertaruhkan hidup Untuk suatu kemerdekaan semua orang yang tertindas.

Sabtu kemarin satu lagi aktifis sosial yang di tanggap dan di larikan kepolda metro " Surya Anta " itulah namanya, lelaki yang dikenal aktif dalam mengawal persoalan-persoalan di papua, dan juga sebagai seorang juru bicara FRI -WESTPAPUA. 

Sampai hari ini belum ada info lebih dari kawan-kawan dijakarta soal penangkapan yang dilakukan oleh pihak keamanan kepolisian. jika hal seperti ini terus terjadi secara terus menerus di dalam roda pemerintah maka bangsa ini akan menjadi sebuah bangsa yang hidup dalam Doktrin Demokrasi yang penuh dengan ketidak pastian, saya tidak ingin mengatakan bangsa ini adalah bangsa yang ant kritik dan anti Demonstrasi, tapi jika memang kenyataanya adalah demikian maka jelas bangsa kita ini masih belum jujur dalam menerapkan sistim demokrasi yang di amanatkan " 

Demokrasi kita adalah sebuah Demokrasi yang menjungjung tinggi sebuah sikap pengamatan dan pengabdian sosial kultural, Hal ini bisa dilihat dari mana asal muasal kata demokrasi Demos, yang artinya Rakyat dan Kratos yang artinya Kekuasaan". Maka jelaslah sudah bahwasanya kekuasaan itu harus dikembalikan kepada rakyat sebab rakyat adalah pemilik kekuasaan itu sendiri. 

Menangkap aktifis sama halnya dengan membunuh aspirasi rakyat dalam kemajuan perkembangan bangsa dimasa depan. Jika selama pemerintah masih memaknai bahwa kritik dan demonstrasi yang dilakukan oleh aktifis sebagai sebuah tindakan represif dan anti pemerintah maka pemerintahan kita akan tetap statis dan tidak memiliki satu kemajuan yang produktif.

Tapi apa bila pemerintah legowo dan mau menerimah kritik dari masyarakat dan diangkat sebagai sebuah bahan evaluasi maka yakin dan percaya bangsa ini akan semakin baik dan maju.

Bukan untuk mengulang sejarah tetapi jika kita membaca pola gerakan hari ini maka penulis kita sama-sama melihat sebuah sejarah dimana ciri sejarah dari historiografi nasional yang di bentuk selama masa rezim orde baru soeharto adalah sentralitas negara yang di ejawantakan oleh militer. Sejarah nasional disamakan dengan sejarah militer dan produksi sejarah dikendalikan oleh negara dan militer.

Pada akhirnya versi militer tentang kejadian di tahun 1965 mendominasi historiografi periode tersebut dan melegitimasi naiknya rezim orde baru, jika rezim sebelumnya membangun sejarah indonesia sebagai hasil dari perbenturan antara kolonialisme dan imprealisme melawan nasionalisme indonesia dengan soekarno sebagai pusat.

Maka orde baru melihat sejarah indonesia sebagai hasil dari perjuangan antara pendukung dan penentang pancasila dengan menempatkan militer sebagai faktor penentu, orde baru hanya menggantikan soekarno dengan militer, sementara itu para penentang pancasila khususnya komunisme dan islam ekstremis telah menggantikan posisi kolonialisme dan imprealisme sebagai kambing hitam.

Dari sedikit historiografi sejarah jaman orla dan orba diatas kiranya kita tidak membuat bangsa ini keluar dari sebuah sistim yang menindas kemanusian yang lain, sehingga warna dari reformasi menjadi kabur dan tidak jelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline