Lihat ke Halaman Asli

Review Novel "Pukat"

Diperbarui: 17 Juni 2021   02:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dulu saya termasuk orang yang tidak begitu senang baca buku, sampai akhirnya waktu saya kelas 3 SMP, karena saya mondok dan sudah tidak ada aktivitas ditambah lagi tidak tahu mau ngapain, juga waktu itu kebetulan ada novel di kasur teman, maka saya iseng baca novel, bukan Pukat ini, tapi novel lain yang termasuk dari serialnya yaitu "Burlian", dan setelah itulah saya mulai tertarik membaca, melanjutkan membaca serial anak-anak mamak, dan novel-novelnya Tere-liye lainnya.

Novel Pukat ini bagian dari novel serial anak-anak mamak, yang terdiri dari Eliana, Pukat, Burlian, dan si bungsu Amelia, Pukat si anak pintar digambarkan sebagai seperti anak-anak pada masa kecil umumnya dengan kesenangan di perdesaan di balik hutan, namun dia anak yang paling pintar, banyak sekali cerita yang menggambarkan kepintaran Pukat, salah satunya adalah ketika dia menemukan penjahat di kereta api dengan serbuk kopi, sangat cerdas.

Mungkin saja jika saya tidak terlalu berlebihan, hampir di setiap halaman novel ini mengandung pelajaran yang bisa diambil, mulai dari cara mendidik anak yang sangat bijak, kejujuran, cinta seorang mamak, buruknya bergunjing, sampai bahasa-bahasa asing, dan teka-tekipun ada. Menurut saya pelajaran tentang menghormati orang tualah yang terbaik, mengetahui cintanya kepada anaknya, dan apa saja yang orang tua rela lakukan demi anaknya.

Saya pribadi membaca buku ini mungkin sudah berulang-ulang sampai tiga kali, tapi tetap saja masih bisa membuat terpingkal geli dengan kisah Pukat, dan berkaca-kaca di bagian lain, merasakan menjadi tokoh Pukat karena Tere-liye menuliskannya dengan gaya bahasanya tidak menggurui.

Beberapa penggalan-penggalan yang menarik dari novel ini diantaranya:

1-"kitalah yang paling tahu seperti apa kita sepanjang kita jujur terhadap diri sendiri,sepanjang kita terbuka dengan pendapat orang lain, mau mendengarkan masukan dan punya sedikit selera humor, mentertawakan diri-sendiri, dengan itu semua, kita bisa terus memperbaiki perangai.

apakah kau suka pamer? bukan pemaaf yang baik dan pendendam seperti pemilik shio ayam?jawabannya hanya kau yang tahu, kau punya sepotong benda amat berguna di dalam dadamu untuk menjawabnya kau pasti tahulah benda apa itu bapak tersenyum Arif" (hal: 94)

2-"teladan agama kita melarang tidak bertegur sapa dengan saudara sendiri lebih dari 3 hari. Semakin lama kau mendendam, tidak mau saling memaafkan maka hatimu semakin hitam, tidak mau mendengar nasehat, tidak terbuka lagi. Tiga hari batas maksimal agar hatimu tidak terlanjur tertutup. Dan kau ternyata, astaga, sudah dua bulan saling mengabaikan membuat masalahnya berlarut-larut." (hal: 98)

3-"orang-orang yang bersungguh-sungguh jujur, menjaga kehormatannya, dan selalu berbuat baik kepada orang lain, maka meski hidupnya tetap sederhana, tetap terlihat biasa-biasa saja, maka dia sejatinya telah menggenggam seluruh kebahagiaan dunia" (hal: 164)

Judul Buku : Pukat (Serial Anak-Anak Mamak)

Penulis : Tere Liye

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline