Lihat ke Halaman Asli

Keresahan Masyarakat dalam Pembangunan Box Culvert, Salah Pemerintah Kota?

Diperbarui: 25 Juni 2024   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Proyek pengerjaan saluran box culvert di kawasan Jalan Bongkaran, Surabaya (/RADAR SURABAYA)

Surabaya, kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia, masih menghadapi banjir setiap tahun. Fenomena banjir di Surabaya diperingati setiap tahun, seperti hari besar. Mitigasi telah dilakukan, tetapi masih belum mencakup keseluruhan kota. Sebenarnya, anggaran yang sangat besar itu tidak cukup untuk menyelesaikan masalah jangka panjang itu secara keseluruhan. Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, baru-baru ini memasang box culvert di seluruh kota untuk mengatasi masalah ini. Hasilnya, yang dilakukan pada akhir masa jabatannya, menuai banyak pertanyaan dan kritik dari masyarakat.

 Pemkot Surabaya akhir-akhir ini membangun saluran box culvert di beberapa wilayah kota. Saluran ini digunakan sebagai cara untuk mengatasi masalah banjir kota. Namun, banyak orang di Surabaya, terutama yang mengkritik dampak pemasangannya. Orang-orang mengatakan bahwa pemasangan box culvert mengurangi lebar jalan, menyebabkan kemacetan, dan membuat akses keluar masuk perumahan tertutup. 

Selain itu, anggaran yang dialokasikan untuk pengadaan box culvert ini sangat besar. Bagaimana tidak, dana sebesar Rp 45 miliar dialokasikan untuk satu daerah, yaitu Babat Jerawat Pakal. Meskipun demikian, banyak kesalahan dalam implementasinya. Banyak jalan memiliki U-Ditch yang tidak rata dan cover manhole yang tidak dipasang secara teratur dan tidak sejajar dengan aspal. Akibatnya, banyak kotak culvert tidak dipasang di tepi jalan yang padat.

“Penggalian untuk saluran dengan box culvert di Keputih Tegal Timur depan rumah saya, sejak sebelum lebaran sampai hari ini belum ada finishing. Kendaraan saya tidak bisa masuk,” ujar Totok, pendengar Radio Suara Surabaya.

Pemasangan box culvert di beberapa lokasi di Kota Surabaya telah menyebabkan gangguan distribusi air PDAM. Banyak saluran pipa PDAM yang terputus sebagai akibat dari pemasangan box culvert. Hal ini menyebabkan banyak aliran air mati di rumah warga, yang sangat menghambat kegiatan sehari-hari yang membutuhkan air.

Pemasangan box culvert tidak hanya menyebabkan jalan menyempit dan saluran pipa PDAM terputus, proyek ini juga menyebabkan pipa gas PGN bocor, menyebabkan kerusakan pada fasilitas publik. Sampai saat ini, setidaknya 160 titik penanaman box culvert sedang berjalan di wilayah Surabaya yang sering banjir.

Pemkot mulai menyediakan solusi dengan mengerjakan box culvert di malam hari untuk menanggapi keluhan masyarakat. Namun, karena luas wilayah Surabaya, diharapkan pekerjaan akan tertunda dan tidak dapat mengurangi potensi banjir pada musim hujan berikutnya. Selain itu, banyak pertanyaan muncul tentang mengapa proyek ini dilaksanakan secara massif menjelang pemilihan. Tidak mengherankan bahwa Eri-Armuji meningkatkan masalah utama setelah tiga tahun memimpin. Karena Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga bertanggung jawab atas program pengendalian banjir, anggaran untuk modal jalan, jaringan, dan irigasi berjumlah Rp 766 miliar pada tahun 2022, Rp 921 miliar pada tahun 2023, dan Rp 982 miliar pada tahun 2024. Anggaran ini menunjukkan bahwa program ini telah menjadi lebih penting dalam beberapa tahun terakhir.

Meskipun banyak keluhan disampaikan, tidak dapat dipungkiri bahwa menyelesaikan masalah dasar sangat sulit. Penyelesaian sebenarnya sulit karena kota harus memperbaiki tata kota secara menyeluruh jika ingin menyelesaikan masalah secara menyeluruh. Akibat penyelesaian yang tidak tepat waktu ini, telah terjadi banjir di beberapa area Surabaya pada musim hujan sebelumnya dengan ketinggian banjir mulai dari 30 cm hingga 1 meter. Ini bertentangan dengan penghargaan yang diterima Kota Surabaya pada tahun 2023 atas kinerja kebinamargaan. Selain itu, masyarakat semakin resah tentang tujuan yang ada karena tugas yang dilakukan sebelum peristiwa politik diselesaikan. Oleh karena itu, Pemkot harus lebih mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi masyarakat saat bekerja di masa depan dan memeriksa secara menyeluruh masalah yang perlu ditangani segera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline