Sebagai Penggemar berat bulutangkis Indonesia adakalanya kebanggaan tapi adakalanya kecewa atas prestasi bulutangkis Indonesia yang naik turun tanpa ada kestabilan. Sebagai obat kekecewaan ada harapan Di penghujung tahun, Indonesia menyumbang di semua sektor pada BWF Tour Final yang diadakan di Guangzhao China Pertengahan Desember. Tunggal Putra di wakili oleh Jonathan Christie, Tunggal Putri oleh Georgia Mariska Tunjung, Ganda Putra Pasangan Fajar Alfian/Rian Ardianto, Reza Pahlevi/Sabar Kayaman. Ganda Putri oleh Pasangan Ana/Tiwi dan ganda campuran non pelatnas Dejan/Gloria. Untuk pertama kalinya dalam kurun waktu lima tahun Indonesia di wakili semua sektor. Para pecinta Bulutangkis masih teringat kegagalan mempertahankan tradisi emas Olimpiade Paris dan juga kegagalan untuk meraih juara pada berbagai turnamaen BWF series. Kerinduan atas presatasi masa lalu di era Susi Susanti dkk ataupun Taufik Hidayat dkk entah kapan kembali lagi. Boleh dikatakan Indonesia adalah gudangnya atlet bulutangkasi berpotensi. Klub-klub besar melakukan pelatihan yang sudah terstandarisasi layaknya pelatnas bulutangkis seperti klub Djarum, Jaya Raya.
Sebagai kesadaran bersama bahwa bulutangkis Indonesia adalah asset bangsa tentu peranan pelatih dan juga pengurus bulutangkis sangat penting terutama para pengurus PBSI supaya terus menerus melakukan berbagai inovasi karena perkembangan bulutangkis internasional saat ini kian maju dan berkembang. Kekuatan bulutangkis Eropa yang dimotori oleh Denmark kini sudah mulai sejajar dengan Asia buktinya Denmark mampu meraih piala Thomas dan juga Mempertahankan medali emas pada sektor tunggal putra untuk yang pertama kalinya selain itu muncul kekuatan baru di Asia seperti jepang dan India sedangkan Negara lain seperti Amerika dan Afrika kini dalam taraf mulai berkembang.
Keberhasilan Indonesia menyumbang atlet di semua sektor patut di syukuri pasca Olimpiade Paris di mana banyak atlet gugur di babak awal. Tidak mudah untuk mengembalikan mental dan stamina bertanding seperti yang di alami pada tunggal putra Jonthan Christie yang mampu lolos pada detik-detik akhir pengumpulan point yaitu dengan menjadi runner di China Master baru-baru ini. Patut diapresiasi yaitu lolosnya 2 pasangan non pelatnas yaitu M. Reza Pahlevi / Sabar Kayaman dan dejan Ferdinansyah/Gloria Emmanuela Wijaya. Lolosnya pasangan tersebut menjadi motivasi para atlet pelatnas untuk pantang menyerah dan terus maju.
Kedepan dibutuhkan strategi yang sesuai ketika mengirimkan atlet untuk turnamen kategori 750 dan 1000 harus dipilih atlet yang betul-betul siap sehingga mampu bersaing minimal sampai semifinal. Selain itu juga lapisan pemain juga siap saat regenerasi. Tantangan di depan mata adalah membawa pulang kembali Piala Sudirman tahun depan. Modal lolosnya atlet pada putaran final BWF sudah cukup tinggal bagaimana meningkatkan konsistensi permainan dan juga mental bertanding. semua pihak berharap kegagalan di Olimpiade Paris yang gagal meraih emas bisa terobati dengan prestasi di ujung tahun.
Kepengurusa Baru pada era Fadli Imran di harapkan memilih para pengurus yang mampu meluangkan waktunya untuk perkembangan bulutangkis Indonesia di daerah-daerah serta meregenerasi para atlet potensial untuk mengisi pelatnas PBSI. Bagaimanapun PBSI membutuhkan regenerasi hampir di semua sektor agar yang tampil di turnamaen superseries tidak minimalis tapi juga datang dengan skuat yang besar dan berpotensi meraih juara.
Termasuk juga menarik kembali pasangan di luar non pelatnas yang terbukti berprestasi seperti yang ditunjukan oleh pasangan ganda putra dan ganda campuran setidaknya sebagai contoh para atlet pelapis untuk terus bangkit dan berlatih. Bravo Bulutangkis Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H