Lihat ke Halaman Asli

SYAHIRUL ALEM

Pustakawan & Owner El-Tsa Collection

Kisah "Si Dungu" Berganti Otak

Diperbarui: 7 Februari 2024   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alif adalah anak yang lahir dari keluarga sederhana, dia adalah anak pertama dari tiga saudaranya. Ayah ibunya adalah penjual sembako di sebuah kios pasar tradisional.

Keluarga Alif adalah keluarga yang taat dalam beragama. Ayah ibunya selalu menuntut Alif dan adik-adikya rajin beribadah dan mengaji, hanya sebatas itu yang Alif ketahui dari perintah kedua orang tuanya. Tidak terlintas dalam pikiran Alif kalau besar mau jadi apa, bagi Alif hidup adalah bermain.

Saat di sekolah yang terlintas dalam pikiran Alif adalah saat istirahat, selain berdesak desakan di kantin juga bermain di halaman sekolahnya yamg lumayan luas. Alif suka mainan seperti Betengan, Petak Umpet.

Minat Alif untuk bermain hampir sepanjang waktu, pulang sekolah ganti baju langsung bermain lagi sampai sore hari hingga malam hari tinggal capeknya saja. Bermain sama anak sekampung teman sebayanya terasa asyik, apalagi kalau lagi musim mainan tertentu seperti laying-layang, main kelereng. Hari demi hari terasa terbawa mainan tersebut, di sekolah yang dia ingat adalah mainannya. Hingga tidak jarang di sekolah Alif sering kena marah gurunya karena kurang memperhatikan. Semua pelajaran yang diberikan gurunya terasa lewat begitu saja di hadapan Alif.

Hingga suatu kejadian ketika Guru Bahasa Indonesia meminta siswa kelas 1 membaca di depan dengan keras, beberapa anak yang tidak bisa membaca harus berdiri di depan. Tibalah giliran Alif di panggil oleh sang guru"

Alif Setiawan, maju membaca". Panggil Gurunya,  Bu Zul namanya.

Mendengar panggilan tersebut, Alif segera maju ke depan. Sampai depan Alif berdiri tegap disamping Bu Zul, buku Bahasa Indonesia di buka sambil menutupi wajahnya. Mulutnya komat-kamit dengan suara yang nyaris tidak terdengar.

Alif, baca dengan keras!" perintah Bu Zul

Karena Alif belum bisa membaca tetap saja mulutnya komat-kamit.

Akhirnya Bu Zul meminta Alif berdiri karena tidak bisa membaca. Kemudian dipanggilnya Devi maju membaca menggantikan Alif.

Devi membaca dengan suara keras dan lantang terdengar dengan jelas oleh Alif dan 2 orang temannya yang berdiri di depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline