QS. Yusuf:86 "Dia (yakub) menjawab, "Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui".
Setiap manusia tentu tidak ingin merasakan kesedihan dan galau dalam hidupnya. Namun perlu kita ketahui bahwa perkara yang sering menjadikan sedih dan galau itu bukan hanya dosa dan kemaksiatan semata.
Tapi keinginan kita untuk menjadi viral dan terkenal semi sebuah popularitas juga bisa menjadikan kita sedih dan galau. Inilah yang jadi obsesi besar anak muda hari ini, mereka menjalani kehidupannya dengan melihat orang sukses dan terkenal. Lalu memiliki ambisi untuk memposting di sosial media hanya untuk mendapatkan popularitas yang akan dijadikannya sebagai pundi-pundi rezeki.
Allah menyampaikan di dalam QS.Yusuf:86, di mana ayat ini bukan hanya bercerita secara spesifik tentang kesedihan nabi Yaqub yang tersiksa dengan kerinduan kepada Yusuf, tapi secara implisit ayat ini mengajarkan bahwa tidak setiap perkara harus kita share dan publish hanya demi keinginan untuk menjadi terkenal.
Fudhail bin Iyadh berkata, "Kalau kalian bisa tidak terkenal, maka lebih baik tidak terkenal." Artinya beliau tahu tentang fakta kehidupan yang sebenarnya, karena beliau merupakan salah satu walinya Allah dan orang yang paling paham tentang kehidupan ini adalah orang-orang shalih yang paling dekat dengan Allah.
Ketika kita memiliki keinginan untuk terkenal, lalu mempunyai cita-cita untuk mendapatkan banyak fasilitas pada kehidupan kita, maka keinginan tersebut akan menjadi zat adiktif yang menyebabkan seseorang tidak akan tenang sebelum dia mendapatkan ketenaran.
Perjalanan hidup manusia itu ada dua :
1. Perjalanan yang tidak terselesaikan
terjadi ketika kita memngejar popularitas dan ingin mendapatkan ridha dari semua manusia. Padahal siapapun tidak akan pernah mempu untuk mendapatkan keridhaan dari semua manusia. Karena mendapatkan ridha dan penerimaan dari semua manusia adalah pekerjaan yang mustahil untuk terselesaikan.
2.Perjalanan yang terselesaikan
terjadi ketika kita meninggalkan keramaian manusia, lalu meninggalkan diri dari penerimaan manusia dan menuju kepada penerimaan di hadapan Allah. Karena penerimaan Allah itu lebih mudah didapatkan daripada penerimaan manusia.