Lihat ke Halaman Asli

Prabowo Perlu Dibela (Perasaannya)?

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun 2004, Prabowo maju di konvensi Golkar sebagai bakal calon presiden, tidak ada yg protes. Tahun 2009 Prabowo maju lagi sebagai calon wakil presiden mendampingi Megawati yang calon presiden, tidak ada juga yang protes. 2014. Prabowo maju sebagai calon presiden, tetap juga tidak ada protes, terbukti dari diterimanya dia oleh KPU sebagai salah satu calon. Lalu kemudian, mengapa tiba2 terjadi menolakan besar-besaran kepada dia terutama didunia maya, bahkan disertai dengan segala cacian dan makian yang oleh sdr. Armin Mustamin Toputiri(kompasioner) dianggap telah melampaui batas etika, norma dan susila, serta membuat pilu dan miris. Mengapa ?
Boleh di telusuri kembali dari awal, tidak satupun, saya ulangi, tidak satupun kampanye hitam yang keluar dari tim sukses Jokowi-Jk yang resmi yang menyerang Prabowo, apalagi makian ataupun cacian dan semacamnya. di-bully atau apapun itu. yang ada hanyalah kampanye negatip yang memang dibolehkan.
Apa yang diperoleh Prabowo terutama dari dunia maya ini, ibarat pepatah ’siapa menabur, dia menuai’, ialah dimulai dari reaksinya yang mengumbar amarah dan cacian kepada Jokowi dengan pidatonya yang berapi-api menjelekkan Megawati dan Jokowi setelah Megawati dengan kebijakannya sebagai Ketum PDI-P mengusung Jokowi maju sebagai bakal calon presiden. Berpangkal dari Perjanjian Batu Tulis yang pernah disepakati antara dia dan Megawati pada tahun 2009 yang lalu. Ini mungkin bisa dipahami karena dia merasa Megawati ingkar janji. Tapi dia juga (celakanya) menyerang Jokowi secara pribadi dan pisikli, dengan kata2 yang sangat2 menyaktkan dan melecehkan, ditambah lagi dengan ‘pantun-pantun’nya dan puisi-puisi dari hambanya yang bernam Fadli Zon, yang dengan sangat jelas, terang benderang, kejam dan kasar, dan tidak berprikemanusiaan, menjatuhkan martabat dan kehormatan seorang Joko Widodo, padahal kalau direnungkan, Apa salah Jokowi ? Apakah salah kalau Jokowi maju sebagai calon presiden ? apakah undang-undang melarangnya (sbg gubernur yg masih aktif) ? dan bahkan, sampai Jokowi (dan JK) sdh resmi dicatatkan ke KPU sebagai calon, bahkan juga dalam masa kampanye yang resmi, bully-bully yang kejam dan tidak berprikemanusiaan, serta melewati norma2 dan etika, tetap ditembakkan ke Jokowi. Dan semua itu keluar dari baik dari Prabowo sendiri maupun dari timses resminya, dan secara terang-terangan dan jelas, ditambah lagi yang secara tidak bertanggung jawab dari akun-akun palsu yang dibuat secara sistimatis dan massive di dunia maya (termasuk tabloid2 yang tdk jelas penanggungjawabnya). Survey PoliticaWave awal Juni yang lalu, kampanye hitam yang menyerang Jokowi (dan JK) sebesar 94,9% dan sisanya adalah kampanye negatip, sebaliknya kampanye hitam yang menyerang Prabowo(+Hatta) hanya sebesar 13,5% dan sisanya kampanya negatip (http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2059468/survei-politicawave-kampanye-hitam-terbanyak-serang-jokowi-jk), dan (http://www.jpnn.com/read/2014/06/19/241305/Kampanye-Hitam-Lebih-Banyak-ke-Jokowi-JK-ketimbang-Prabowo-Hatta-). Semua ini menimbulkan perlawanan yang spontan dari para simpatisan Jokowi (dan JK) dan relawan2 yang secara sporadif membentuk diri dan mengadakan counter kepada kampanya2 hitam dari Prabowo, timses dan relawan2nya. Ini adalah reaksi dari aksi2 mereka.
Sy pribadi tadinya ingin mendukung dia sebagai Presiden, tapi setelah melihat karakter aslinya (yang menurut saya sangat mengerikan), akhirnya memilih menduku Jokowi-Jk saja. Lalu apakah sy menjadi tidak bijak krn tidak memikirkan perasaannya, kita lihat saja sekarang bagaimana dia yang jelas2 kalah tapi masih ngotot, dan menyumpahserapahi semua-semua yang menyangkut pilpres yang tidak memihak dia. keapda KPU, Bawaslu; Polri dan TNI dan pemerintah pun dianggap tidak (mau) memihak dia. dan saya yakin bila nanti dia dikalahkan oleh MK, maka akan ada sumpah serapah baru kepada MK, tidak netrallah, tidak adillah, atau mungkin, DISUAP-lah. Mudah2an saya salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline