Lihat ke Halaman Asli

Roland Torindatu

penulis amatir

Cerpen | Kembali ke Negeri Impian

Diperbarui: 13 Juli 2018   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travelzoo.com

Tersadar dalam diri ku aku bertanya apakah ini jalan hidupku yang sebenarnya?, apakah aku berjalan menuju jalan buntu?, tersesatkah? aku mencari negeri impian yang di dalamnya mempunyai harapan dan impianku dapat tercapai. Yang di dalam negeri itu semua  keinginan  hatiku terwujud, yah itu anganku.

Aku mencarinya berjalan dan berharap dapat ke negeri impian itu pasti aku menemukanya. Aku tidak putus asa walau perjalanan yang sangat panjang dan jauh. Aku terus mencarinya pasti aku mendapatkannya negeri impian. Mungkin sulit menuju kesana tapi aku berusaha dengan segenap hatiku.

Sangat lelah dan menguras tenaga, aku tertunduk lesu hampir aku tidak berdaya keyakinanku itu yang membuat bertahan  "Pasti Aku Mendapatkan Negeri Impian." Tubuhku kumel dan berantakan seperti terlihat gembel di pinggir jalan. Aku berjalan di padang pasir dan aku ditemani hanya sinar terik matahari.

Aku terjatuh hingga pingsan sekian lama tergeletak, ada yang mengulurkan tangannya untuk aku berdiri orang itu berkata "berdirilah anakku, lihatlah di ujung sana ada istana yang megah itu yang di sebut negeri impian, katanya." Aku tersadar mataku terbuka tidak ada orang berkata seperti itu, aku kembali berdiri lelah menyelimuti diriku ini. "ahh,, ternyata hanya mimpi kataku"

Aku kembali berjalan tertatih-tatih, berjalan dengan tekad aku harus menemukannya. Sekian lama aku berjalan aku menemukan secercah harapan terlihat dari kejauhan negeri impian itu, sangat besar seperti terlihat istana.

Akhirnya dengan kesabaran yang aku miliki ketemu juga, haru di benakku ini aku berjalan setengah lari, aku jatuh berkali-kali, jatuh dan bangkit kembali untuk mencapai tujuanku yang sudah dekat. 

Di depan gerbang istana aku di sambut sosok orang seperti yang di dalam mimpiku tadi aku  di beri jubah dan di kenakan di tubuhku aku bertanya mengapa aku diberi jubah seperti ini ? jawabnya kamu layak untuk memakainya anakku , aku lihat perjuanganmu yang tidak mengenal lelah sedikit pun engkau tidak mengeluh dan menggerutu sesudah itu dia memanggil pelayannya "Pelayannnn!!!!! Cepat ambil mahkhota yang tersedia di dalam istana, aku ingin mengankan di kepala anak ini." aku terkejut mendengarnya mahkhota??? Bertanya ke disendiri aku terheran, mengapa aku mendapatkan mahkhota? Kamu dapat menyelesaikan perlombaanmu dengan baik dan kamu layak untuk mendapatkannya. orang itu mengenakan mahkhota di atas kepalaku dan aku di peluknya seperti bapa kepada anaknya. Dan air mata meluncur deras aku terharu ternyata jerih payah, semangatku tidak sia- sia. Dibalik semua kesulitan ada pelangi yang indah sedang menungguku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline