Di indonesia banyak sekali pohon pisang ada bermacam-macam pohon pisang contohnya ada pisang raja, pisang ambon, pisang kepok, pisang mas,pisang barangan,pisang nangka,pisang tanduk dan lainnya. Pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi dengan cara langsung dimakan. Masalah mengonsumsi pisang secara langsung menyebabkan pisang mudah rusak dan cepat mengalami perubahan setelah panen, dikarenakan pisang memilki konten air tinggi dan aktifitas proses metabolisme meningkat. Produksi pisang diindonesia mencapai 7.008.407 ton pada tahun 2014. Produksi pisang diindonesia yang cukup tinggi tidak sebanding dengan tingkat konsumsi masyarakat sehingga dapat mengakibatkan pisang banyak yang tidak dimanfaatkan. Oleh karena itu, pisang dimanfaatkan oleh masyarakat indonesia dengan mengolahnya salah satunya dijadikan pisang sale(Putri,T.k, dkk,2015). Pisang sale merupakan makanan hasil olahan pisang yang dipotong tipis-tipis kemudian dijemur. Pisang sale adalah makanan khas sari karangpucung dan majenang yang terletak dikabupaten cilacap jawa tengah. Pisang sale sangat enak untuk dimakan disaat lapar mendatang dan cocok juga dijadikan cemilan ketika sedang menonton,belajar dan lainnya. Maka dari itu, pisang sale banyak berkembang diberbagai daerah diindonesia bahkan pisang sale banyak dijadikan bahan dagang rumahan untuk mendapatkan penghasilan dan dapat mengembangkan atau memperkenalkan makanan khas dari cilacap jawa tengah. Di jaman sekarang banyak usaha rumahan pisang sale yang semakin meningkat. Salah satu usaha rumahan pisang sale yaitu di Medan kecamatan medan deli. Terdapat salah satu pedangan rumahan yaitu pedagang pisang sale latif.
Latif adalah salah satu pedagang rumahan pisang sale yang masih 1 tahun menjual pisang sale. Latif menjual dua varian pisang sale yaitu varian original dan varian coklat. Salah satu alasan latif menjual pisang sale yaitu menjanjikan pekerjaan mandiri usaha sendiri dan untuk memperkenalkan dan mengembangkan produk pisang sale menjadi sebuah cemilan sehari-hari. Dalam usaha yang dikembangkan belum ada karyawan tetapi masih penggunakan tenaga sendiri yang dibantu oleh keluarga dari penjual tersebut. Penjualan tersebut dilakukan secara berkeliling dan menaruh diwarung. Latif mengatakan bahwa ada kendala dalam penjualan tersebut yaitu jika tidak terjual dengan cepat maka bahan bisa mengakibatkan kerusakan dan pengembalian produk, sehingga mengakibatkan kerugian. Modal yang dikeluarkan untuk usaha tersebut sebesar Rp.3.000.000 itu sudah mencakup dari peralatan dan bahan bahan. Penghasilan yang diperoleh selama perhari seperti pada grafik 1.
Dalam grafik 1. terlihat jika hasil perhari dari penjualan pisang sale yang paling sedikit ada dihari senin dan selasa sebanyak Rp.75.000. dan penghasilan terbanyak yang terdapat dihari jumat dan minggu kurang lebih sekitar Rp.187.500 . Latif mengatakan bahwa penjualanan pisang sale dihari senin dan selasa terjual 10 bungkus sekitar Rp.75.000. Dihari rabu 12 bungkus sekitar Rp. 90.000 .Dihari kamis naik 15 bungkus sekitar Rp. 112.500, dihari jumat dan minggu meningkat sebanyak 25 bungkus sekitar Rp. 187.000, pada hari sabtu mengalami penurunan sehingga yang terjual sebanyak 20 bungkus sekitar Rp.150.000.
REFERENSI
Putri, T. K., Veronika, D., Ismail, A., Karuniawan, A., Maxiselly, Y., Irwan, A. W., & Sutari, W. (2015). Pemanfaatan jenis-jenis pisang (banana dan plantain) lokal Jawa Barat berbasis produk sale dan tepung. Jurnal Kultivasi, 14(2).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H