Lihat ke Halaman Asli

Derita Sang Ayah

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Entah sudah berapa lama lelaki tua itu duduk dikursi bambu yang catnya sudah mulai memudar, raut wajahnya kelihatan tua karena umurnya sekarang sudah berkepala enam, sesekali ia menarik nafas panjang, pandangan nya menatap kosong jauh kedepan pikirannya dipenuhi oleh semua hal kehidupannya dimasa lalu masa-masa indah dimana ia masih muda , kuat, penuh semangat , semangat mencari nafkah untuk keluarganya.                         Sekarang ia sudah tua, sudah pensiun dari segala tugasnya sebagai Pegawai Negeri .                                                           "Selamat siang Kek" tiba-tiba ia merasa dikejutkan oleh sapaan anak kecil yang baru pulang sekolah, dengan suara tergagap ia menjawab " ooh...ya..ba..baru pulang sekolah nak?" tapi sianak tadi hanya menganggukan kepalanya sambil berlalu.                                                                                                      Sekarang ia malah ingat pada cucu-cucunya Ingat anak-anaknya, anak sulungnya laki-laki tapi kini berada di negeri Paman Sam, sedang anak perempuannya turut suaminya dikota Surabaya, sedang ibu anak-anaknya sudah lama tidak terdengar kabar beritanya semenjak ia digugat cerai 20 tahun yang lalu dan anak2nya seolah-olah tidak mau tahu keadaan orang tuanya, kerinduan seorang ayah, kerinduan seorang kakek pada cucu-cucunya tidak pernah terobati tidak ada komunikasi se-olah2 putus sudah tali keluarga ini pernah ia berusaha mencari tahu tentang anak2nya dan cucu-cucunya tapi ia bingung kemana ia harus mencari apalagi sekarang tenaganya sudah tidak kuat lagi, paling ia hanya bisa berdoa setiap solat " Ya....Allah tolonglah hambamu ini pertemukanlah hamba dengan anak2dan cucu2 hamba sebelum hamba engkau panggil keharibaanmu ya..Allah.." itulah do'a yang sering ia sampaikan setiap solat lima waktu atau tahajud tengah malam sambil berlinang air mata.

Sekarang ia masih duduk termenung mengharap kehadiran anak2nya dan cucu2nya entah sampai kapan ia bisa bertemu.

Cilacap.220612




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline