Tim dosen dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menggelar seminar "Psikoedukasi Gizi Seimbang Guna Penurunan Stunting" di wilayah Desa Madiredo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Seminar tersebut merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan pilar Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Kegiatan tersebut ditujukan kepada para kader dan orang tua. Imunisasi dilakukan sebagai upaya dalam penerapan pola makan seimbang dan gaya hidup sehat sedini mungkin. Melihat kondisi masyarakat yang tidak peduli terhadap dampak stunting dan menganggap remeh dari permasalahan yang ditimbulkan nantinya, menjadi tujuan utama dalam pelaksanaan program ini sebagai output keberhasilan pencegahan stunting di kalangan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis lapangan sebelum pelaksanaan, diketahui bahwa strategi dan kebijakan yang ditempuh Tim PKM UIN Malang adalah dengan terus memberikan pemahaman yang utuh kepada masyarakat luas mengenai stunting.
Stunting disebabkan oleh beberapa faktor dan menjadi penting untuk ditangani bersama dengan masyarakat. Stunting merupakan kondisi kekurangan gizi pada anak yang berdampak pada tumbuh kembang anak. Anak yang mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang panjang maka akan menghambat pertumbuhan fisiknya sehingga menjadi pendek (stunted). Pemberian makanan bergizi dapat menunjang perkembangan fisik dan kesehatan anak. Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa pentingnya pemahaman mengenai stunting dengan memberikan makanan yang baik ( maternal feeding) pada anak. Oleh karena itu, kegiatan tersebut diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui seminar psikoedukasi gizi mengenai pentingnya pencegahan stunting pada anak.
Program UIN Mengabdi Qaryah Thayyibah merupakan program PKM yang telah berjalan hampir enam tahun. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh peserta PKM Qaryyah Thayyibah UIN malang, yakni Dosen Psikologi Rahmatika Sari Amalia M.Psi dan Selly Candra Ayu, M.Si, serta Dosen Sains dan Teknologi Ahmad Fahmi Karami. Kegiatan tersebut mengundang Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang, Rany Ekawati, sebagai pembicara.
Kedepannya setelah kegiatan ini dengan adanya program lanjutan orangtua khususnya yang di tujukan kepada ayah dapat berpartisipasi dalam (keterlibatan dalam pengasuhan) & penanganan anak stunting. "Besar harapan masyarakat Manfaatkan pelayanan kesehatan, Perbaiki pola makan,pola asuh, dan kebersihan diri serta lingkungan, Anak stunting berisiko memiliki kecerdasan rendah,"Ucap Rany Ekawati, SKM, MPH selaku pemateri.
Dalam pencegahan stunting pada 8000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) perlu mengutamakan asupan gizi yang masuk serta pengintervensian yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, dalam rangka mencegah stunting dan mempersiapkan generasi unggul di masa depan. Upaya tersebut dapat dimulai dari anak saat masih dalam kandungan hingga masa remaja akhir usia 19 tahun. Berikut ini merupakan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangkah mencegah stunting yang dapat Anda lakukan dalam setiap kelompok umur:
Bagi para ibu hamil khususnya dengan memberikan makanan tambahan yang bergizi 4 sehat 5 sempurna, dapat mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat, mengatasi kekurangan iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil, dan melindungi ibu hamil dari malaria.
- Pada anak usia 0-6 bulan dengan melakukan inisiasi menyusui dini pemebrian kolostrum dan pemberian asi yang ekslusif, untuk mendukung kesehatan dan daya tumbuh kembang pada anak dengan baik. Pada anak usia 7-23 bulan dengan diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) berkualitas mulai anak masuk usia 7 bulan, meneruskan ASI sampai usia 2 tahun, memberikan obat cacing, melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan imunisasi lengkap, melakukan pencegahan dan pengobatan diare. Contoh makanan seperti 6-8 bulan (200kkal) - mulai makanan lumat, 9-11 bulan (300kkal) - cincang halus, 12-23 bulan (550kkal) - makanan kasar.
- Pada anak usia 2-5 tahun dengan mengkonsumsi pembagian vitamin A, melakukan imunisasi dasar lengkap dan lanjutan, dan pemberian obat cacing yang selalu menjadi permaslahan dalam proses pencernaan pada anak
- Bagi anak usia 5-9 tahun dengan rutinitas pemberian obat cacing, imunisasi HPV dan tetanus toxoid, kesehatan gigi dan mulut, promosi PHBS, skrining gangguan penglihatan dab pemberian kacamata, suplementasi zat gizi mikro, fortifikasi makanan serta pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS).\
- Pada anak usia 10 -- 19 tahun dengan memberikan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat, konsumsi tablet tambah darah untuk remaja perempuan, promosi kesehatan reproduksi, edukasi dan konseling gizi serta edukasi dan konseling kesehatan mental.
Adanya upaya dan pencegahan stunting yang dilakukan secara optimal akan menjadi peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan, dan pembangunan ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadikan kesehatan sebagai salah satu komponen utama pengukuran selain pendidikan dan pendapatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H