perkenalkan namaku eny echa ismawati sejak aku menjadi siswa di SMA Hangtuah 1 Sby, kegiatan pembelajaran dilaksanakan di rumah masing-masing akibat adanya pandemi COVID-19. Betapa inginnya aku mengenakan seragam dan belajar di sekolah bersama teman-teman baruku. Bahkan liburan akhir tahun pelajaran pun, aku tidak bisa kemana-mana Agar tetap produktif, aku memutuskan untuk mengikuti kegiatan menari diikut sertakan dalam kompetisi lomba antar sekolah . Malam yang begitu sunyi dengan alunan suara jangkrik yang bersautan, aku duduk di depan laptop mengerjakan tugas sekolahku. Tiba-tiba handphoneku berdering, setelah aku lihat ternyata dalam pesan singkat tersebut berisikan informasi bahwa pembelajaran tatap muka akan dilaksanakan di bulan Agustus mendatang dengan syarat harus mematuhi protokol kesehatan dan mendapat persetujuan dari orang tua/wali.
Hari yang paling aku nanti-natikan,adalah hari pertamaku mengikuti proses pembelajaran tatap muka di sekolah walau terbatas. Waktu aku sampai di sekolah, aku disambut oleh guruku di gerbang sekolah dan diarahkan untuk mencuci tangan serta dicek suhu badanku. Jika pada thermogun menunjukkan angka di atas 37 derajat Celsius, maka harus masuk ke ruangan isolasi yang disediakan sekolah dan tidak dapat mengikut proses pembelajaran tatap muka di kelas. Untungnya, suhu badanku 36 derajat Celsius. Aku pun bergegas menuju ruang kelas. Saat aku berdiri di depan pintu kelas, aku disapa oleh teman-temanku yang duduk saling berjauhan. Kamipun berkenalan lebih lanjut dan saling berbagi pengalaman selama pandemi COVID-19. Ada yang harus membantu orang tuanya terlebih dahulu kemudian mengikuti proses pembelajaran secara daring, ada pula yang harus berbagi waktu menggunakan handphone dengan adik-adiknya untuk belajar, kadang pun ada juga materi yang sangat sulit dipahami padahal sudah mencari beberapa penjelasan di berbagai sumber dan juga sudah bertanya via whatsapp dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan, bahkan ada juga yang tidak mengikuti pembelajaran dengan alasan kuotanya habis. Berbagai kendala yang dialami selama pembelajaran daring yang membuat beberapa diantara kami menganggap bahwa pembelajaran daring ini membosankan karena kami tidak seberapa paham mengerjakan tugas sendiri dirumah dan sudah pasti beda kalau kita mengerjakan pada saat waktu di sekolah. Meskipun pembelajaran hari ini hanya dapat diikuti 15 siswa karena jumlah siswa di setiap ruangan kelas hanya boleh diisi maksimal 50% dari kapasitas ruangan, pembelajaran tatap muka pada hari ini sangatlah menyenangkan karena bisa berinteraksi secara langsung dengan guru dan teman-teman meskipun duduk saling berjauhan dan tidak dapat melihat wajah satu sama lain. Tiba-tiba bel berbunyi yang berarti proses pembelajaran hari ini telah selesai. Kami diarahkan untuk langsung kembali ke rumah masing-masing dan diperingatkan untuk selalu menjaga protokol kesehatan serta tidak mampir kemana-mana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H