Lihat ke Halaman Asli

Ratapan Sarjana

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

2 tahun silam,  2012.     Acara wisuda berlangsung biasa aja. Tapi ada alasan untuk tersenyum dan tertawa. YA, Aku telah resmi menjadi sarjana dengan prediket sangat memuaskan. Kala itu yang ada dalam benak ku adalah segera melamar pekerjaan. Semua peluang yang ada di Kota Padang dan sekitar aku lamar . Sekian banyak dilamar masak tak dapat satupun, pikirku ketika itu. Namun nasib berkata lain, panggilan kerja tak kunjung datang. Aku tidak menyerah, terus mencari dan melamar, test sana sini. Ada sih dipanggil kerja tapi disuruh jualan door to door alias sales, aku coba dan tak mampu. Itu bukan bidangku yang terbiasa belajar sbg calon pekerja kantoran. Teman2 ada yg dapat kerja di Padang dan sekitar mereka berkata jujur ada yang masukin alias Nepotisme. Sementara yg tidak pakai Nepotisme juga nganggur atau merantau. Aku juga sangat ingin merantau ke Ibukota, tapi sebagai anak gadis aku tak mungkin sendirian di Rantau, puluhan kali bikin janji dg teman2 namun mereka tak satupun tepat janji. Ada yg langsung pergi begitu ada harapan buat mereka, dan juga pura2 sibuk krna udah kerja alias gag mau diganggu. Lupa atas semua kisah masa kuliah. Yang aku masih begini, usaha dan doa tak kurang . Sedekah, smuanya . Orang tua juga udah habis2 an untuk ku. Sekarang masih sama. Barusan aku dan ibuku habis menangis karna semua ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline