Kebingunganku untuk memahami orang-orang disekitarku.kebingungan ini berangkat dari kesadaran akan kerinduan kasih sayang dari orang-orang disekitarku.
Banyak pemaknaan tentang hidup yang berhenti pada maqam kebingungan.berpikir untuk memahami seolah-olah menjadi capaian dari memahami orang-orang disekitarku.
Tak ayal relativisme hati untuk menghukumi sifat yang selalu menghampiri pikiranku menjadi bola liar yang suatu saat akan menjadi renungan untuk dipilah dan dipilih. entah bola liar itu akan kujinakkan ataukah akan berubah menjadi kebencian.
Nalar kritisku bukan merupakan suatu jelmaan untuk menyatakan "lakukanlah hal sesuai dengan kemauanku", tapi nalar kritis itu ada karena ingin menyatuhan pahaman sehingga melebur menjadi kasih sayang.
Berpikir untuk memahami adalah bahasa hati yang mewakili jiwa. dan jiwa akan selalu menjadi wujud hakekat simbol dan perkataan.
Relung-relung alam bawa sadar menjadi lautan ma'rifat menuju paripurna kesadaran yang berkolaborasi menjadi satu tujuan yang dibungkus dengan kata yang sederhana yaitu CINTA.
Seorang ilmuan akan menyatakan kuasailah sains, seorang pujangga akan menyatakan raihlah cinta, dan aku yang bukan siapa-siapa ingin menyatakan "berpikirlah untuk memahami".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H