Lihat ke Halaman Asli

Tak Seutuhnya Hilang

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam ini, di tingkah gerimis di sudut taman, kita memandang lampu, bangku dan pepohonan yang  sama dengan empat tahun yang lalu. Hanya hati kita yang mungkin berbeda.

"Pertemuan ini terlalu hening, Sayang," bisik hatiku yang tak mungkin kau dengar.

Aku mencoba mencari bayangan diriku diantara mata, senyum dan jemarimu. Tak kutemukan lagi. Kerinduan ini hanya bertemu di persimpangan, itupun hanya sesaat. Ah, aku begitu ingin memelukmu untuk yang terakhir kalinya.

Entahlah, tak tahu tepatnya kapan luka itu mengering. aku terlalu sibuk menata hatiku yang hancur luluh waktu itu. Itu yang membuatku tak sempat membencimu, aku tak punya waktu,  jadi jangan tanya kenapa malam ini aku bisa tersenyum kepadamu.

Aku tak butuh kata maaf, Sayang.  Tak perlu ada penyesalan. Patah itu manusiawi dan kehadiranmu sudah cukup menjadi penanda bahwa kisah kita pernah ada.

Untuk rasa yang masih tersisa (satu titik)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline