Malam ini, di tingkah gerimis di sudut taman, kita memandang lampu, bangku dan pepohonan yang sama dengan empat tahun yang lalu. Hanya hati kita yang mungkin berbeda.
"Pertemuan ini terlalu hening, Sayang," bisik hatiku yang tak mungkin kau dengar.
Aku mencoba mencari bayangan diriku diantara mata, senyum dan jemarimu. Tak kutemukan lagi. Kerinduan ini hanya bertemu di persimpangan, itupun hanya sesaat. Ah, aku begitu ingin memelukmu untuk yang terakhir kalinya.
Entahlah, tak tahu tepatnya kapan luka itu mengering. aku terlalu sibuk menata hatiku yang hancur luluh waktu itu. Itu yang membuatku tak sempat membencimu, aku tak punya waktu, jadi jangan tanya kenapa malam ini aku bisa tersenyum kepadamu.
Aku tak butuh kata maaf, Sayang. Tak perlu ada penyesalan. Patah itu manusiawi dan kehadiranmu sudah cukup menjadi penanda bahwa kisah kita pernah ada.
Untuk rasa yang masih tersisa (satu titik)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H