MENUNGGU
Di sini aku masih menunggu:
bergulirnya permata dari bibir tipismu
sebab hati tak pernah berdusta
pada setiap tingkap yang terlanjur kau buka
Di sini aku masih menunggu:
menikmati sesyair “sayang’ sendumu
berayun jauh dari ujung laut
beriak
meniti gelombang
lalu kuyup
bersama rinai yang terpaksa harus tercurah
demi menghapus sejuta resah
engkau paksa
meski berat membelenggu rasa
lalu menguap
Di sini aku masih menunggu:
menikmati sendu awan kelabumu
lalu menggugurkan dedaun
merapuhkan semua ranting
menjatuhkannya,
membiarkannya menelusup ke bumi
lalu mati
/Silampari, 3 juni 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H