Lihat ke Halaman Asli

Adab Lebih Tinggi Daripada Ilmu: Mengembalikan Esensi Belajar Yang Hakiki

Diperbarui: 10 Desember 2024   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Instagram campusnet_news

Di tengah kemajuan zaman yang semakin pesat, ilmu pengetahuan sering kali dianggap sebagai ukuran utama kesuksesan seseorang. Namun, di balik pentingnya ilmu, ada satu nilai yang sering kali terlupakan: adab. Dalam perspektif Islam maupun budaya Timur, adab atau tata krama adalah elemen mendasar yang harus mendahului ilmu. Tanpa adab, ilmu tidak akan membawa manfaat, dan bahkan dapat menimbulkan mudarat. Agama mengajarkan adab memiliki posisi yang sangat penting sebagai panduan perilaku manusia. Adab tidak hanya mencakup tata krama atau sopan santun, tetapi juga mencerminkan akhlak, moralitas, dan nilai-nilai luhur yang mendasari hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan

Apa Itu Adab dan Mengapa Penting?

Adab bukan sekadar sopan santun atau etika dalam berinteraksi dengan orang lain. Lebih dari itu, adab mencakup tata cara menghormati, bersikap rendah hati, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang luhur. Imam Malik, salah satu imam mazhab dalam Islam, pernah berkata, "Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu." Ucapan ini menegaskan bahwa adab adalah landasan utama yang harus dimiliki sebelum seseorang menuntut ilmu.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, adab mencakup sikap hormat kepada guru, rendah hati dalam menerima masukan, hingga kemampuan menjaga lisan dan tindakan. Tanpa adab, ilmu yang tinggi justru dapat menjadi senjata yang melukai orang lain. Misalnya, seorang ilmuwan yang arogan dapat merendahkan orang lain, atau seorang pemimpin yang berilmu tinggi tetapi tidak memiliki adab dapat menyalahgunakan kekuasaannya.

Adab dalam Tradisi Islam

Islam menempatkan adab sebagai prioritas dalam proses pembelajaran. Salah satu kisah yang sangat menggambarkan hal ini adalah perjalanan Imam Syafi'i ketika belajar kepada Imam Malik. Sebelum memulai pembelajaran, Imam Syafi'i mempersiapkan dirinya secara lahir dan batin, memastikan bahwa ia mendekati gurunya dengan penuh penghormatan dan kerendahan hati. Sikap inilah yang kemudian membuat ilmu yang diterimanya penuh berkah.

Rasulullah SAW juga mencontohkan pentingnya adab dalam berbagai aspek kehidupan. Beliau adalah pribadi yang lembut, penuh kasih sayang, dan selalu menghormati orang lain, bahkan kepada mereka yang berbeda pendapat atau tidak sepaham. Dalam hadis, beliau bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."

Ketimpangan di Era Modern

Sayangnya, nilai-nilai adab sering kali tergerus di era modern ini. Kemajuan teknologi dan akses mudah terhadap informasi membuat banyak orang merasa bahwa ilmu pengetahuan adalah segalanya. Media sosial, misalnya, sering kali menjadi arena perdebatan yang tidak sehat, di mana orang berlomba-lomba menunjukkan kehebatan argumentasi mereka tanpa memedulikan tata krama.

Sangat disayangkan pula apabila yang seharusnya mengajarkan adab namun seringkali lupa menerapkannya di kehidupan sehari-harinya, melihat kasus yang viral dan mencuri perhatian baru-baru ini, seorang penjual es teh keliling yang berusaha bekerja keras menghidupi keluarga diantara rintik hujan tidak mendapat sambutan ramah justru hinaan dengan kata-kata yang menyakitkan. Namun apa yang dilakukan bapak penjual es teh tadi? Beliau hanya menampilkan senyum tulus, mungkin saja beliau mengesampingkan sakit dihatinya namun hal yang mencuri perhatian adalah adab beliau yang begitu tinggi membuat semua orang kagum melihatnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline