Lihat ke Halaman Asli

Dialog Jejak Langka

Diperbarui: 26 Oktober 2020   09:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Tatanusi. Model Aisyah K Liem

Kita mungkin memeluk rindu begitu erat, hingga memaksakan kehendak untuk melepaskan rindu itu. Ia serupa senja atau apapun itu, jika semua adalah tentang cinta, waktu pun tak berhak untuk membatasi ataupun memisahkan. 

benar katamu saat itu, bahwa kenangan adalah prahara yang paling disyukuri banyak orang, tapi bagi mana dengan kenangan pahit?

"Ya... Kan kita tinggal saling memaafkan,  saling percaya, lalu saling melupakan kenangan yang pahit"

Syifah. Tidak semua orang memiliki pikiran dan nalar pikir yang seperti dirimu, bagaimana kau memaksakan pikiran orang lain dengan dirimu. 

"kan yang berfikir adalah aku, maka aku berhak untuk menentukan sama siapa pikiranku ini. Nah halnya sama dengan kau"

Baiklah Syifah. Mungkin kemarin aku telah salah memiliki dirimu sebagai kekasih ku, tapi sekarang aku harus berubah pikiran untuk meninggalkan dirimu. 

"Ya tidak apa-apa. Itu berarti kau mencintai diriku karena fisik, buka hatiku"

Aku mencintaimu karena hatiku, tapi bukan kau berbuat sesuka hatimu. Lalu kau menggunakan kata-kata, kalimat kalimat sesukamu. 

Dari jauh aku melihat Syifah datang lalu membawakan sebuah lilin sambil menyodorkan padaku. 

"Tiup lilin ini, jika mati lalu gelap, berarti aku telah mati dalam pelukan doamu"

"Jangan lagi berdoa seperti tadi, tidak baik"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline