Lihat ke Halaman Asli

Aku yang Mati

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

apa yang ingin aku ketahui darinya yang kuteguk dan kusentuh darah panasnya? sementara ia tidak memikirkanku dengan baik, yang tidak memperlakukanku dengan pantas, yang merindu nafsu dan kuterima dengan sentuh. kujamah  dia dan hatinya mengecil tak menentu. kupandangi raut wajahnya seraya tersenyum getir dan kecut dalam bisu.

atau aku hanya berharap kehilangan kewarasan? aku tidak malu, mungkin saja jiwaku sedang tidak beres.

hahaha... benarkah dia akan tetap mencumbuku begitu tahu aku sedang sakit?jiwaku sakit,hatiku sakit,tidak banyak orang yang menyukai orang yang sedang sakit.

cuaca mendung, mendingin disekitarku, sedingin hidupku yang kujalani dengan tabu. aku tak mengingat mereka lagi, siapapun, apapun, semua yang ada. aku lupa berdoa pada Tuhan, tidak berbicara denganNya lagi. Tidak berbicara dengan dengan diriku sendiri, tidak berbicara dengan alam,bahkan pada ibuku tentang pria yang menyentuhku peluh, tidak berdamai dengan keadaan, lebih mensugesti diri dengan cara lain untuk lebih memahami bahwa manusia bukan mahluk penepat janji atau manusia tidak baik secara utuh, aku lebih sering curhat pada media massa dan tehnologi atau kertas dan aku tidak lagi berbicara pada Tuhan.

serasa sia-sia aku hidup.

kehilangan kewajaranku sebagai seorang perempuan.

aku kehilangan arah.

dan,ketika aku mengingat semuanya,

semua yang kulakukan dengan "kotor"

aku berharap MATI saja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline