Hari ini, terlibat perbincangan yang kemudian berubah jadi perdebatan. Malas sebenarnya untuk masuk terlalu dalam, tapi sialnya, kalimat "haram" itu terucap oleh seseorang dan terdengar di telinga ini.
"Tolong! kita kondisikan diskusi hari ini agar tetap kondusif, sehingga saya ingatkan jangan bawa-bawa agama!"
" Waah!! kalo gitu seharusnya di depan pintu tadi ada tempat penitipan agama, biar waktu masuk ruangan kita udah dalam kondisi Ateis semua!"
Semua tertawa, termasuk dia.
Peristiwa seperti itu tidak hanya sekali menyentuh hidup ini, terus berulang beberapa kali oleh berbagai macam pribadi yang juga bermacam-macam hubungannya dengan diri. Terasa De Javu, lisan mulai terpanggil untuk kembali mempertanyakan konsep "tinggalkan sejenak agamamu" itu.
Lagi-lagi kaum yang disebut dan sekaligus merasa intelektual ini menunjukkan alerginya, tidak tahu sebenarnya apa alasan utamanya, sejauh yang dapat ditangkap, agama membatasi mereka untuk mengeksplorasi akal untuk menilai sesuatu.
Agama selalu memiliki batasan yang sangat sulit ditembus, mungkin karena di dalamnya ada beberapa hal yang tidak dapat otak cerna, mungkin karena terlalu malas untuk berdebat dengan mereka yang tebal imannya, mungkin juga karena terlalu segan mendebat dalil agama yang bagi sebagian sudah pasti benarnya.
"Well! Tuhan yang mengatakannya, anda siapa? manusia biasa, hina!"
Pastinya, membawa agama beserta segala dalil, keyakinan, dan logikanya dalam perbincangan a.k.a perdebatan ini, akan membuat kita tidak bebas mengungkapkan isi kepala.
Sepertinya begitu.
Lalu? di mana salahnya?