Lihat ke Halaman Asli

12013Y

Fresh Graduate

Cerpen | Pengagum

Diperbarui: 3 September 2018   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Haaaa! kau sudah gila?" hanya suara itu yang keluar dari mulut ini saat kau mengajukan permintaan konyol padaku. "Ayolaah, tolong aku sekali ini saja, kau hanya harus datang lebih pagi esok, dan bersembunyi, lihat siapa yang selalu meletakkan bunga di mejaku setiap hari Jumat", kau kembali menguraikan permintaan aneh itu sambil memandangku penuh harap. Aku memandangmu sejenak, dan kembali menunduk, berkonsentrasi pada buku yang kubaca sejak bel istirahat berbunyi tadi.

Kau tampaknya tidak berniat untuk mudah menyerah, terus memandangiku dan tak begeming dari tempat kau berdiri. Akupun merasa risih diperhatikan seperti itu.

"Oke... oke....!!!" Aku menutup bukuku. 

"Yeeeahh...!!" kau berteriak kegirangan, membuat seisi kelas memerhatikan kita berdua. 

Mau bagaimana lagi, aku hanya bisa menyerah dan melakukan semua permintaanmu, toh selama ini aku selalu begitu, tidak pernah menolak permintaanmu, seorang teman yang kukenal sejak kecil.

Akhir-akhir ini kau memang selalu penasaran dengan sosok pengagum rahasiamu. Pengagum rahasia! yang benar saja. Mendengar istilah itu saja aku sudah merasa geli. Namun sejujurnya, kau memang pantas dikagumi, wanita yang kukenal dengan baik sehingga akupun tahu kalau kau benar-benar baik.

Wanita yang kukenal sejak kecil sehingga akupun tahu perubahan parasmu yang semakin dewasa semakin cantik. Wanita yang selalu dipuji guru sehingga akupun tahu kalau kau punya otak yang cerdik.

Seperti permintaanmu, Jumat ini aku datang lebih awal ke sekolah, terlalu awal malah. Aku harus menunggu 15 menit di depan gerbang yang masih dikunci, dan baru dapat masuk saat satpam sekolah datang dengan perut besarnya dan kunci gerbang di sakunya.

Benar saja, ada seorang pemuda berjalan masuk ke kelas kita dengan santainya, seperti yakin tidak ada yang memerhatikan. Dengan hati-hati ia membuka tasnya mengeluarkan sekuntum mawar merah segar dan meletakkannya di dalam laci mejamu.

Siangnya, aku duduk di taman sekolah kembali menekuni buku yang belum juga tamat kubaca, kau tiba-tiba mengagetkanku dengan menempelkan minuman dingin tepat di pipiku. "Bagaimana pak detektif, siapa pelakunya?", aku diam membuka tutup botol minuman berpura-pura tak tertarik dengan pertanyaanmu. "Aku lihat pelakunya, tapi tidak lihat wajahnya.." jawabku sekenanya. Kau tampaknya tidak puas dengan jawabanku, terlihat dari raut wajahmu yang kecewa itu.

"Tenang, minggu depan akan kucari tahu lagi siapa orang itu" aku berusaha menenangkanmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline