Lihat ke Halaman Asli

Ram Tadangjapi

Cuma senang menulis

Resensi Film Dilan 1990 (2018)

Diperbarui: 7 April 2019   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber: www.gatsu.net)

Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Gak tahu kalau sore, tunggu saja !!

Milea (Vanesha Prescilia) bertemu dengan seorang pria misterius (Iqbal Ramadhan) saat berangkat ke sekolah, pria misterius tersebut satu sekolah dengan Milea namun Milea belum mengenalnya. Milea juga dikejutkan dengan ramalan yang agak konyol dari sang pria misterius, belakangan Milea kemudian tahu nama pria misterius itu adalah Dilan.

Dilan mendekati Milea dengan cara yang tidak biasa, sementara Milea masih berpacaran dengan Beni (Brandon Salim) yang tinggal di Jakarta bahkan Nandan (Debo Andryos) sang ketua kelas sekaligus salah satu pelajar teladan disekolah Milea juga diam-diam menaruh hati ke Milea.

Saat Milea ikut rombongan ke Jakarta untuk menonton pertandingan cerdas cermat di stasiun televisi nasional ia harus menelan kekecewaan karena Beni bersikap kasar kepadanya saat melihat Milea dan Nandan makan berdua, alasan Milea ikut ke Jakarta sebenarnya karena ia tahu Dilan masuk ke dalam tim cerdas cermat namun sayang Dilan tidak ikut. Tidak terima dengan sikap kasar Beni membuat Milea memutuskan hubungannya dengan Beni.

Usaha Dilan untuk meluluhkan hati Milea cukup berhasil, keduanya semakin dekat bahkan Milea semakin nyaman dengan Dilan dengan segala cara Dilan memperlakukan dan memanjakan Milea yang tidak biasa bahkan konyol namun membuat Milea semakin rindu. Namun Milea tahu Dilan bukan lelaki biasa karena dibalik sikap manisnya dia bisa melakukan hal berbahaya jika tahu orang yang dia sayangi disakiti, apalagi reputasi Dilan sebagai panglima tempur sebuah geng motor cukup membuat Milea semakin khawatir jika Dilan terlibat dalam masalah.

Iqbal Ramadhan dan Vanesha Prescilia (sumber: screenshot/Dok. Pribadi)

Film yang diangkat dari novel populer karya Pidi Baiq ini cukup fenomenal, di tahun 2018 film ini berhasil menggaet kurang lebih 6 juta penonton. Sang sutradara Fajar Bustomi yang sebelumnya cukup sukses membesut film Tak Kemal Maka Tak Sayang (2014) dan Surat Kecil Untuk Tuhan (2017) berhasil membawa cerita novel menjadi lebih hidup ke dalam visualisasi film, ritme cerita berjalan cukup baik mengikuti rentetan dialog yang membuat penonton gemas dan kagum pada sosok Dilan (Titien Wattimena sebagai penulis skenario film ini menjadi orang yang paling bertanggung jawab untuk hal ini).

Kekurangannya ada pada detail setting kota Bandung di tahun 1990 yang belum tergambar jelas plus deretan soundtrack yang kurang mewakili melodi era 90-an awal. Namun semua hal itu tidak berpengaruh banyak pada kepuasan setelah menonton film ini bahkan saya pribadi sudah menontonnya berkali-kali (betapa alaynya saya!!!).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline