Lihat ke Halaman Asli

Ram Tadangjapi

Cuma senang menulis

Resensi Film "Queen Margot" (1994)

Diperbarui: 25 Januari 2019   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber: www.en.wikipedia.org)

I thought, she's even lonelier than me. She loves as though she is seeking revenge.

Margot (Isabelle Adjani) terpaksa melakukan pernikahan dengan Henri de Navarre (Daniel Auteuil) akibat paksaan dari keluarganya yang punya ambisi besar untuk menyatukan penganut Katolik dan Protestan dalam satu wilayah pemerintahan. 

Sayangnya meskipun pernikahan telah terlaksana namun dari pihak keluarga Margot yang dikomandoi oleh sang ibu, Catherine de Medicis (Lirna Visi) tidak terlalu menyukai perdamaian sehingga mendalangi aksi pembantaian ke para penganut Protestan dengan memanfaatkan kerapuhan mental Charles IX (Jean-Hugues Anglade). Peristiwa itu dikenal St. Bartholomew's Day Massacre yang terjadi di tahun 1572.

Meskipun Margot tidak sepenuhnya mencintai Henri de Navarre namun ia tetap menyelamatkan Henri dan beberapa keluarganya dari aksi pembantaian. 

Margot sendiri memiliki seorang kekasih bernama La Mole (Vincent Perez) yang juga merupakan penganut Protestan. Catherine tetap melakukan sejumlah intrik politik untuk menghapuskan penganut Protestan, termasuk berusaha meracuni Henry serta mengincar La Mote untuk dibunuh, lagi-lagi Margot berhasil menyelamatkan Henry dan La Mote dengan memanfaatkan pengaruhnya.

La Mote berhasil ditangkap oleh orang suruhan Catherine kemudian dihukum pancung sementara Charles IX mangkat dan digantikan saudaranya, Anjou (Pascal Greggory) yang sifatnya hampir sama dengan Catherine sang ibu. Margot memutuskan untuk pindah ke wilayah Navarre menyusul Henry untuk menghindarkan diri dari segala intrik politik yang dilakukan keluarganya.

Isabelle Adjani dan Dominique Blanc (sumber: dokumentasi pribadi)

Film ini diadaptasi dari novel karya Alexandre Dumas yang mengisahkan konflik antara pengikut Katolik dan Pengikut Protestan di Perancis pada abad ke-15. Sang sutradara Patrice Chereau berhasil mengemas karya epik ini kedalam film dengan ritme cerita yang menawan, intrik dan kisah petualangan asmara Queen Margot dikemas dengan baik. Meskipun di bagian ending sedikit nanggung dan kehilangan greget.

Isabelle Adjani berhasil memerankan Queen Margot yang penuh gairah dan sangat humanis, ia mampu memaksimalkan eksplorasi aktingnya dengan ruang cerita yang cukup luas untuk karakternya. Namun yang paling menawan menurut saya adalah Virna Lisi yang dengan apik menghidupkan karakter Catherine sang ibu yang licik dan tak segan-segan memanfaatkan anak-anaknya demi ambisi politiknya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline