Lihat ke Halaman Asli

Ram Tadangjapi

Cuma senang menulis

Resensi Film Battle Of Surabaya (2015)

Diperbarui: 24 Agustus 2018   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(mldspot.com)

Industri perfilman Indonesia hingga saat ini belum terlalu banyak menghasilkan film animasi, bahkan dalam setahun untung kalau ada satu atau dua film animasi yang dirilis, mungkin karena genre animasi belum banyak diminati oleh produser film atau juga insan perfilmman yang belum mahir untuk membuat film animasi.

Di tahun 2015 sebuah film animasi diluncurkan yang kemudian banyak mendapatkan apresiasi positif, bahkan film tersebut dirilis dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Film animasi itu berjudul Battle Of Surabaya hasil besutan sutradara Aryanto Yuniawan.

Pasca proklamasi dikumandangkan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945, kota Surabaya pun dipenuhi gelora kemerdekaan dari rakyat dan pemuda Surabaya. Sementara pihak Belanda terus mencari cara untuk kembali masuk ke Surabaya sebagai salah satu usaha mereka untuk kembali menjadikan Indonesia sebagai tanah jajahan.

Musa, seorang remaja yang bekerja sebagai penyemir sepatu ikut juga kedalam arus revolusi itu, setelah melihat ayah angkatnya yang seorang perwira Jepang bernama Kapten Yamamoto tewas tertembak tentara Belanda dendam Musa pada Belanda semakin besar. Sementara itu pimpinan Tentara Republik Indonesia (TRI) sedang kebingungan bagaimana cara untuk menembus blokade Belanda agar surat surat mereka bisa sampai ke pasukan dengan aman.

Setelah melihat Musa serta kemampuannya akhirnya diputuskan untuk menunjuk Musa sebagai kurir karena kemungkinan kecil Musa akan diperiksa ketika sampai di pos penjagaan Belanda.

Musa pun menerima tugas itu, dan untuk melindungi Musa ditunjuklah Danu seorang pemuda bekas PETA untuk mengawasi Musa dari kejauhan. Dalam tugasnya tersebut Musa ditemani Yumna seorang remaja putri yang juga teman karib Musa dan adik angkat Danu.

Suatu ketika Musa mengetahui kalau Yumna merupakan bekas anggota Kipas Hitam yang merupakan kelompok bentukan Jepang dan sering menghalangi perjuangan TRi dan pemuda Surabaya, pada saat yang sama Musa pun harus kehilangan ibunya yang tewas saat desanya dibakar oleh tentara Belanda.

(sumber: www.duniaku.net)

Tugas Musa sebagai kurir harus terhenti ketika ia ditawan oleh kelompok Kipas Hitam yang ternyata sudah bekerjasama dengan tentara Belanda, saat ditawan ia pun mengetahui kalau ternyata Danu juga anggota Kipas Hitam. Yumna dibantu dengan beberapa anggota TRI berusaha menyelamatkan Musa, meskipun usaha tersebut berhasil namun Yumna dan anggota TRI yang membantunya gugur. Menjelang gugur Yumna menitipkan Musa pada Danu yang sudah menyadari kesalahannya.

Meskipun judulnya Battle Of Surabaya, namun cerita film ini bukan sepenuhnya tentang pertempuran heroik itu, film ini lebih berfokus pada anak remaja yang karena situasi revolusi ikut menjadi saksi peristiwa tersebut. Justru cerita tentang pertempuran 10 November 1945 itu porsinya sangat sedikit.

Pada awal rilisnya film ini pengisi suaranya diisi oleh artis artis sulih suara dari luar negeri, salah satunya Angela Nazar yang merupakan jebolan acara X-Factor Belanda, Angela Nazar juga didapuk untuk menyanyikan original soundtrack film ini baik yang berbahasa Inggris ataupun yang versi Indonesianya. Saat dirilis di Indonesia barulah pihak produser menggandeng Reza Rahadian dan Maudy Ayunda untuk mengisi suara karakter Danu dan Yumna.

Meskipun secara teknis dan cerita film ini belum sepenuhnya bagus namun film ini mampu meraih beberapa penghargaan seperti penghargaan di ajang Golden Trailer 2014.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline