Lihat ke Halaman Asli

Kegunaan Obat Ondansetron

Diperbarui: 5 November 2023   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Penyakit kanker merupakan penyakit yang paling mematikan di dunia. Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pembelahan sel yang tidak terkendali sehingga sel-sel tersebut bermutasi dan menyerang sel lain yang ada di dalam tubuh penderitanya. Kanker merupakan pemicu kematian terbesar setelah penyakit kardiovaskular. Dikutip dari data yang dikelola oleh WHO pada tahun 2013, penderita kanker mencapai 14,1 juta kasus di seluruh dunia dan jumlah kematian akibat kanker berjumlah 8,2 juta jiwa pada tahun 2012. 

Tingginya prevalensi penderita kanker di dunia menyebabkan kemoterapi menjadi pilihan satu-satunya bagi semua penderita kanker di dunia. Kemoterapi merupakan pengobatan yang memanfaatkan pemasukkan zat kimia kedalam tubuh untuk memperlambat pertumbuhan sel kanker. Tubuh yang terkena paparan terus menerus dari bahan kimia akan memberikan banyak efek samping pada pasien. Efek samping yang ditimbulkan oleh kemoterapi contohnya mual, muntah, kerontokan rambut, diare, konstipasi, penurunan nafsu makan, mudah lelah, panas, sariawan, nyeri, dan pendarahan.

Salah satu efek samping yang tidak menyenangkan dan bersifat instan setelah kemoterapi adalah mual dan muntah. Mual (nausea) adalah sensasi atau perasaan yang tidak menyenangkan dan sering merupakan gejala awal dari muntah.Keringat dingin, pucat, hipersalivasi, hilang tonus gaster, kontraksi duodenum dan refluk isi intestinal ke dalam gaster sering menyertai mual meskipun tidak selalu disertai muntah. Muntah adalah keluarnya isi lambung secara aktif karena kontraksi otot saluran cerna atau gastrointestinal. Mual dan muntah pada pasien kemoterapi disebabkan oleh adanya interaksi kemoterapi dengan reseptor. Terapi farmakologi yang umumnya diberikan untuk menekan gejala mual dan muntah adalah memberikan antiemetik pada pasien. Contoh antiemetik yang sering diberikan adalah ondansetron. 

Ondansetron termasuk kelompok obat antagonis serotonin 5-HT3 yang bekerja dengan menghambat secara selektif serotonin 5-hydroxytryptamine yang berikatan pada reseptornya yang ada di saluran cerna dan CTZ (chemoreceptor trigger zone). Contoh obat lain dari golongan 5-HT3 adalah granisetron, palonosetron, dan tropisetron. Ondansetron mampu mencegah mual dan muntah pada pasien pasca kemoterapi disebabkan oleh kemampuannya yang dapat memblok reseptor di gastrointestinal dan area postrema di sistem saraf pusat manusia. Penggunaan pada anak-anak beresiko untuk menimbulkan efek samping sakit kepala dan konstipasi atau diare. Ondansetron umumnya diberikan sebelum, sesudah, dan pasca kemoterapi. Ondansetron seringkali diberikan pada saat 30 menit sebelum kemoterapi. 

Ondansetron bekerja secara sentral dan perifer. Reseptor serotonin 5-HT3 di area postrema akan memediasi efek sentral, dimana area postrema in terletak di dasar ventrikel yang berisi CTZ. Area postrema akan merasakan neurotransmitter seperti racun dan sinyal lain kemudian neurotransmitter tersebut akan dimediasi sebagai sensasi mual. Efek perifer dari ondansetron adalah interaksi reseptor 5-HT3 dan saraf vagus. Saraf vagus mampu mendeteksi pemicu mual dan muntah dalam saluran pencernaan, sehingga akan terbentuk rangsangan muntah pada nucleus tractus solitaries batang otak. Fungsi antiemetik ondansetron didapat dari efek perifernya.

Efek samping serius dari ondansetron adalah penglihatan kabur, bradikardia, kesulitan bernapas, agitasi, menggigil, dan kecemasan. Ondansetron tidak dapat digunakan pada pasien yang berusia kurang dari 4 tahun. Obat ondansetron dikemas dalam berbagai macam bentuk sediaan seperti sediaan oral (tablet) dan injeksi intravena. Dosis penggunaan oral bagi pasien dewasa adalah 8 mg sebelum kemoterapi dan 8 mg berikutnya pada 8 jam setelahnya. Ondansetron dapat menurunkan efektivitas dari carbamazepine, fenitoin, rifampisin dan tramadol. Waspadai pula resiko peningkatan sindrom serotonin pada pasien apabila pasien mengkonsumsi selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) dan serotonin norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline