Disetiap pertemuan pasti ada perpisahan. Entah itu karna takdir, keinginan atau maut sekalipun. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi terhadap kita karna kita hanyalah sebuah pion.
Sebuah pion yang hanya bisa melangkah mengikuti Kemana gerak garis alur kehidupan ini tertuju. Terlihat seorang pemuda duduk di kursi panjang dibawah pohon dengan tangan yang membawa setangkai bunga Lili Putih dan lili oranye.
Air bening perlahan mengalir dengan deras dari sepasang mata miliknya. Pemuda itu bernama haruto. Tidak terdengar suara isakan dari bibinya hanya air mata yang jatuh tanpa suara. Tak jauh dari tempat duduknya, ada sebuah lapangan luas.
Tempat terakhir untuk mengucapkan salam perpisahan buat selama- lamanya. Beberapa batu tertancap rapi di tanah. Dengan tulisan nama, tanggal lahir dan wafat. Haruto mendongakkan kepalanya berniat untuk melihat langit yang biru tetapi seakan-akan langit mendengar bagaimana isi hati pemuda itu.
Langit berwana kelabu dipenuhi awan awan yang menghitam, yang mungkin sebentar lagi akan menumpahkan isinya. Perlahan Haruto menyeka air mata yang membasahi pipi tirusnya. Pemuda itu tetap menatap langit tanpa warna.
"Kenapa kamu bersedih disana? Sampai sampai kamu mengubah langit ini bukankah kamu sudah berkumpul dengan mama dan papa? ," Kata haruto lirih. Perlahan dia teringat saat dia bersama orang yang dianggap spesial baginya. Ia menyandarkan punggungnya di kursi sambil tersenyum.
"Ingat saat dulu kakak memukul orang yang berani membuat ku menangis, " Ucap haruto
Haruto teringat saat dia bermain dengan sang kakak di taman dekat perumahannya, bagaimana cara kakak melindunginya dari orang yang menganggunnya waktu itu.
Dia dengan berani memukul kepala orang yang membuat adeknya menangis dengan keras
menggunakan ember miliknya untuk melampiaskan kemarahannya membuat air mata keluar dari mata coklat milik adek tersayangnya itu.
"Saat itu kita selalu bersama, kita melakukan apapun bersama-sama. Sungguh hari yang
terhebat dan terindah bagiku sebelum... " Perkataan haruto terhenti, sorot matanya berubah menjadi senduh kembali. Tiba-tiba dadanya sesak saat ia memikirkanya.